MERAYAKAN usia 30 tahun, Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) menggelar kegiatan Refleksi dan Dialog di Kampung Ketupat, Banjarmasin, Sabtu (17/2/2023).
Dihadiri sejumlah aktivis dan relasi, acara berlangsung sederhana di ruang terbuka di bawah keteduhan rimbun pohon ketapang kencana.
“Kini LK3 sudah berusia 30 tahun, satu perjalanan yang tidak mudah di antara tantangan eksternal maupun internal dunia yang terus berubah,” ujar Abdani Solihin, Direktur LK3 Banjarmasin saat memberi sambutan pembukaan.
Dalam perjalanan yang tak bisa dibilang pendek itu, Dani ingin LK3 merefleksi diri serta berdialog lagi.
“Kami ingin berbagi cerita tentang perjalanan terutama pada isu-isu yang menjadi perhatian dan konsentrasi LK3 selama 30 tahun. Tentang apa yang telah dilalui dan hingga sekarang bertahan,” ucapnya.
Disebutkan, LK3 bukanlah perkumpulan sosial yang dilahirkan di tengah arus deras euforia reformasi tahun 1999-2000. ‘Perkumpulan ini lahir di tahun 1994, di saat pemerintahan Orde Baru masih masih kokoh mengelola negara dengan karakter semi otoriter dan demokrasi semunya,” kata Dani.
Selanjutnya, dipandu Noorhalis Majid, salah satu pendiri LK3 dan tetap aktif hingga kini, satu persatu para tokoh agama memberikan testimoni dan kesannya terhadap LK3.
“Selama ini LK3 telah banyak memberikan inspirasi. Terutama dalam Isu lingkungan, toleransi beragama, serta masyarakat adat. Saya berharap, LK3 terus mengembangkan terus metodenya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan,” ujar Pdt Johnson Simanjuntak, mantan Ketua Sinode.
Tema “Menolak Mati” ini menurut Johnson sudah tepat. Sebab, ada banyak organisasi yang mati suri atau berusia pendek.