Fiksi lahan basah? Spesies apa itu?”

BEGITU pertanyaan Anang Rusli, guru SMPN 14 Kota Banjarbaru, yang disampaikan sembari tersenyum dalam kegiatan “Pelatihan Digitalisasi Bahan Ajar Fiksi Lahan Basah” di aula SMPN 1 Martapura, Kabupaten Banjar, Sabtu (29/7/2023).

Sudah tentu ia tidak sedang menyindir, namun sebaliknya penasaran ingin tahu. Ia sendiri mengaku sebagai peserta penyelundup, lantaran kegiatan ini sebenarnya lebih dikhususkan untuk para guru Bahasa Indonesia yang tergabung dalam MGMP Bahasa Indonesia SMP di Kabupaten Banjar.

Lantaran rasa penasaran tadi, juga karena sudah cukup mengenal pembicara yang mengisi acara, Anang mendaftarkan diri dan masuk dalam kuota peserta. “Saya mendapat informasi acara ini dari asyikasyik.com, dan tertarik. Terlebih pembicaranya Pak Sainul Hermawan dan Sandi Firly sudah cukup saya kenal lewat karya-karya mereka,” ucapnya.

“Pelatihan Digitalisasi Bahan Ajar Fiksi Lahan Basah” yang merupakan program Dosen Wajib Mengabdi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang diketuai Sainul Hermawan ini memang cukup menarik minat. Tercatat diikuti sebanyak 59 peserta.

“Antusias peserta ini di luar dugaan, dan tentu sangat menggembirakan,” cetus Sainul.

Dalam paparannya, Sainul menyampaikan pentingnya memahami cara kerja dan kemajuan teknologi dalam mendukung proses belajar-mengajar.

Ia juga menyebutkan sejumlah aplikasi yang digunakannya untuk mengajar mahasiswanya di ULM. (Lihat gambar di bawah)

UNTUK GURU: Pelatihan Digitalisasi Bahan Ajar Fiksi Lahan Basah di aula SMPN 1 Martapura, Sabtu (29/7/2023).

“Dengan aplikasi ini pembelajaran berlangsung dengan mudah dan menyenangkan,” ujar Sainul.

Sebab itu, Sainul berharap para guru mampu memanfaatkan teknologi digital ini dalam proses mengajar. “Tapi tentu saja bagi sekolah yang memang membolehkan siswanya menggunakan hape,” katanya.

Terkait “lahan basah” dalam tema acara, Sainul mengatakan hal itu memang menjadi visi misi ULM.

“Karena ULM berada di kawasan lahan basah, begitu juga sebagian besar geografis Kalsel, maka ULM menginginkan menjadi yang paling terkemuka dalam persoalan lahan basah ini. Tidak hanya dari Fakultas Pertanian, tapi juga di bidang Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia (PSBI),” jelas penulis buku “Pina Musti” ini.

DUKUNGAN MGMP: Kegiatan pelatihan dihadiri para pembina MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Banjar.

Sebelumnya, Sandi Firly menyampaikan bagaimana lahan basah bisa dijadikan materi atau bahan untuk penulisan karya fiksi prosa (cerpen dan novel).

Sandi membagi tiga cakupan, yakni; Lahan Basah sebagi Ide (Cerita), Lahan Basah sebagai Setting/Latar (Cerita), dan Lahan Basah sebagai Pembentuk Karakter Tokoh (Cerita).

“Pada dasarnya lahan basah ini bisa kita samakan dengan tema lokalitas dalam karya satra. Hanya saja ini lebih spesifik,” kata Sandi.

Penulis yang beberapa waktu lalu meluncurkan buku kumpulan cerpen “Suatu Malam, Ketika Puisi Tak Mampu Ia Tulis Lagi” ini memberikan beberapa contoh karyanya yang berkaitan dengan lahan basah, seperti cerpen “Senja Kuning Sungai Martapura” dan “Hikayat Rumah Lanting”.

“Pada cerpen “Senja Kuning” saya mengangkat persoalan manusia di kawasan lahan basah Banjarmasin, sementara cerpen ‘Hikayat Rumah Lanting’ berangkat dari persoalan yang ada di atas lahan basah itu sendiri,” bebernya.

Namun Sandi berkesimpulan, karya prosa fiksi selalu bermuara pada persoalan manusia. “Sekalipun itu cerita fabel. Ujung-ujung pasti dikaitkan pada perilaku manusia,” tandasnya.

Kegiatan Tim PDWA ULM 2023 dengan menggandeng MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Banjar, HISKI Kalsel, dan media asyikasyik.com ini dimoderatori Rismiyana. Pada pembukaan dihadiri Hj Marhamah Pembina MGMP Bahasa Indonesia, Hatriansyah Pengawas Pembina MGPM Bahasa Indonesia, uga Ibu Jamilah selaku perwakilan Kabid SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar.

Di akhir kegiatan, Sainul Hermawan yang dibantu mahasiswanya dalam acara ini menyatakan akan ada pelatihan lanjutkan bagi para peserta melalui grup whatsapp, baik pelatihan digitalisasi bahan ajar maupun penulisan karya fiksi.@

Facebook Comments