Parahnya jika tak terdeteksi sejak dini dan tidak diarahkan kepada pengobatan, depresi mendalam bisa menyebabkan seseorang bunuh diri. Itu, kan yang sering terjadi dengan artis-artis dunia di puncak kariernya. Sebenarnya banyak lagi faktor lain yang justru hinggap pada mental orang-orang di sekitar kita.
Dear sobat asyik, kalau bahasan sebelumnya tentang perempuan, gejala yang kita bahas kali ini justru akan mudah mengidap kepada keduanya, laki-laki dan perempuan. Eh, transgender mungkin juga deng. Anjay lah ya!
Diam-diam banyak orang depresi berada di sekeliling kita yang justru menyembunyikannya. Orang-orang kalut yang sedang dalam tekanan mental mendalam, kecemasan yang berangsur-angsur bisa merusak keadaan jiwa dan fisik. Sebab mereka bisa saja berusaha ramah dan terlihat cerita. Namun sedikit sekali lingkungan yang tak berempati. Tak mampu mengenali kecerian yang palsu.
Introvert termasuk tanda seseorang rentan terkena depresi. Rasa bersalah yang berkesinambungan. Tetap ceria dan ramah menjadi cara efektif untuk menutupi kekalutan. Stigma masyarakat atau lingkungan pergaulan juga kerap kali menjadi beban pikiran yang bahkan membuat seseorang tidak berarti dan ingin mengakhiri hidupnya.
Stigma nagatif terhadap orang depresi cenderung semakin membuat pengidapnya semakin menutup diri. Menarik diri dari kerumunan, menghindari siapa pun mengetahui kondisinya yang sedang depresi. Jika saja ia tidak menyadari dalam kondisi demikian, hal tersebut bisa berakibat fatal yang akan merembet kepada penyakit kejiwaan lain.
FAKTOR DAN TANDA
STRESS
Stress dan Depresi adalah dua kondisi yang berbeda. Namun dari kebanyakan kasus psikis, stress bisa menjadi salah satu faktor penguat depresi. Tekanan yang berat dalam berkehidupan juga menjadi penyebab. Para ahli pernah menyatakan, kuatnya hubungan gangguan pola makan makan, kebiasaan, dengan depresi yang dialami seseorang. Memang secara struktur disiplin keduanya berbeda, namun memunyai keterkaitan yang kuat. Jika saja kamu pernah medapat seseorang yang pola makannya berubah, hingga menyebabkan berubahnya kondisi fisik sesorang sangat kontras dari kebiasaannya, bisa jadi dia sedang dalam fase depresi mendalam.
MENGHINDARI YANG SANGAT DISUKA
Mungkin selalu melakukannya dulu, namun tiba-tiba gairah itu kini menghilang. Tidak lagi menyukainya, seperti tidak ada lagi rasa senang melakukannya. Perasaan demikian juga patut dicurigai bisa-bisa sebagai awal kemunculan depresi jangka panjang jika saja suatu pekerjaan (positif) tak lagi dilakukan oleh seseorang tersebut.
Ada sejumlah orang yang mencoba menyembunyikan alasan mengapa ia bisa berubah. Alasannya bisa saja menjadi tidak terlalu peduli, atau hanya sedang tak ingin melakukan kegiatan lumrah yang biasa ia lakukan sebelumnya.
MUDAH MARAH
Mudah marah di sini bukan berarti ia sebelumnya pemarah. Bisa jadi seseorang yang mengidap depresi sangat marah dengan keadaan, banyak situasi yang membuatnya marah namun tak pernah terlampiaskan atau menepiskan perasaan yang dimaksud. Sesederhana jengkel, lalu membuat gondok dalam hati.
Memilih untuk tetap menyimpan membuatnya berdampak pada otak hingga menjadi pribadi yang sensitif sehingga marah terhadap sesuatu yang terkesan sepele bagi orang lain, namun justru sangat berdampak besar terhadap kesehetan mental pribadinya. Sayangnya, jika seorang pengidap depresi juga kerap menjadi tempat curhat orang lain yang sebenarnya ia juga punya masalah pribadi yang tak pernah diceritakannya kepada orang lain, maka masalah tersebut akan menumpuk dan membusuk, menjadi penyakit yang dirasakannya sendiri.
Menjadi mudah marah, padahal hanya disinggung sedikit saja. Diajak bercanda juga jadi susah. Malas bercanda karena sedang susah bisa jadi. Tidak ada kelucuan sepele yang bisa membuat tertawa atau sekadar tersenyum. Meski yang membuat lucu sekali pun bagi orang lain. Kebanyakan luapan emosi tidak dapat membohongi keadaan sesorang yang sedang berada dalam tekanan.
INSOMNIA
Mengeluh tentu bukan sikap yang baik. Namun menahan untuk mengeluh terhadap situasi kurang tidur, insomnia, dan kebiasaan buruk yang terkesan biasa saja bisa menjadi faktor lain memperkuat depresi seseorang. Penyakit susah tidur ditambah pola hidup yang tidak sehat, ketidakdisiplinan dalam mengelola waktu dan suatu pekerjaan menjadi titik awal fase depresi dalam jangka panjang. Setiap orang memunyai kadar waktu yang berbeda-beda dalam mengatasi depresi pribadi. Ada yang memang pandai mencari jalan keluar dengan tetap membuka diri untuk berkomunikasi dengan lingkungan atau orang lain, ada juga yang tetap menutup diri. Hingga mengakhiri kehidupan itu sendiri.
Penyakit susah tidur menjadi reaksi alami ketika seseorang mendapati kecemasan yang luar biasa dalam berkehidupan. Insomnia dan Depresi memunyai hubungan kuat tak terpisahkan. Jika tak teratasi secara alami atau medis, seorang depresi akan ketergantungan dengan obat tidur atau bahkan pil penenang, penahan rasa sakit.
Berdasarkan jurnal psikologi, ada sebanyak 15-20 persen penderita depresi menyembunyikan masalah dan menahannya untuk berkonsultasi dengan orang lain, atau psikiater. Pengidap memilih untuk diam. Memendam sendiri masalah yang dialami. Memperlihatkan keceriaan dan kebahagiaan dalam cover kepura-puraan. Kurangnya simpati dan kepekaan sosial dalam lingkungan pergaulan si pengidap bisa saja membuatnya bunuh diri.