Diorama Kecemasan

Aku masihlah hanger di gagang gantungan menunggu bahu sepotong kemeja, ketika bahkan kau lebih suka menyetrika dan melipatnya; kapur barus di sudut almari begitu ikhlas mengauskan diri, seraya terus bertanya, kurang sublimkah semua ini?; masihlah pas foto masa kecil di meja kerja, kenangan yang demikian ingin kau ingat saat kau sibuk menjadi dewasa;

Plaster dan obat merah dalam kotak p3k, diam-diam berdoa supaya lutut atau telunjukmu tak berdarah, walau luka justru akan membuat kau ingat, aku ada bagimu sebagai juru selamat; masihlah sebuah jendela yang setia meghitung waktu, mengamati kepulanganmu, sembari terus mengutuk diri, “mengapa hidup tak menjadikanku pintu?” Aku hanya ingin tercipta sebagai semacam benda yang menyambut dan kau tuju kali pertama.

Masihlah buku-buku dongeng masa kanak-kanak yang kini berkerak-debu di lajur sebuah rak mini milikmu, kisah-kisah mitos penuh keajaiban yang ingin kembali kau percayai, ketika ilmu pengetahuan acap kali tak bisa selesaikan pelik hidup yang kau alami; atau, hanya sebuah puisi cinta yang tak dapat mengubah apa-apa, berharap akan kautandai dalam sebuah buku — yang bahkan tak pernah meletakkan hati kita, pada satu halaman yang sama.


Aku Merindukanmu, Masih
: Kepada Sindy Novia

I.
Hanya sayup kendaraan di kejauhan.
Dan kenangan yang melompat dari nganga jendela,
hinggap di kedalaman kepala.

Kutoleh ke arah ponselku, dingin dan bisu.
Bayangmu, liuk asap yang hampa,
bahasa lain dari fana.

Dan rindu, napas yang memberat di paru-paru,
di antara keinginanku menyulut ulang
berpuntung-puntung dirimu, sekali lagi.

II.
Hanya nyala lampu di gedung-gedung jauh,
bintang-bintang di langit teduh,
dan kenangan yang melompat ke nganga jendela.

Di sini, di larik-larik sajak picisan ini,
di tengah-tengah kota yang beranjak ke ranjang tidurnya,
aku kata-kata, yang masih terus menyala,

masih sayup kendaraan, berderum di kejauhan,
masih ponsel dingin dan bisu, menunggu pesan darimu,
masih puntung-puntung tumbang, terus kusulut ulang.

Facebook Comments
1
2
Artikel sebelumnyaSUBUH DEMIRTAS YANG MENGGIGILKAN TULANG
Artikel berikutnyaGRATIS, LAUNCHING FILM DIALOG KULINER
lahir di Ponorogo, 01 November 1998. Alumnus Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Negeri Malang. Puisinya tersiar di berbagai media, antara lain: Buruan.co, Koran Tempo, Nongkrong.co, Yayasan Hari Puisi, dll. Puisi-puisinya juga pernah memenangkan sejumlah perlombaan, antara lain: Juara 1 Lomba Cipta Puisi Nasional 2020 Jagat Kreasi Mahasiswa, Universitas Negeri Malang, Juara 2 Lomba Cipta Puisi Asia Tenggara, Pekan Bahasa dan Sastra 2020, Universitas Sebelas Maret, Juara 1 Lomba Menulis Puisi Majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang, Juara Harapan 1 Festival Sastra 2021 Universitas Gajah Mada, dan Juara 1 Lomba Cipta Puisi “KOLEGA”, Himprobsi, Universitas Sebelas Maret, dan Juara 1 Lomba Seni Sastra Universitas Brawijaya 2021.