Bahkan, Lailana mengatakan wilayah Banjarbaru mengalami kondisi Deflasi. Artinya, dia menyebut tidak ada produk atau komoditas yang memicu inflasi tersebut.
“Jadi bulan Januari-Februari mengalami deflasi. Tetapi bulan Maret jelang lebaran ini, memang kita alami kenaikan namun tidak signifikan. Persentasenya di angka 1,2%,” beber Lailana.
Lonjakan kenaikan harga itu, Lailana telah bekerjasama antar dinas dalam menekan inflasi dengan Gerakan Pasar Murah (GPM). Dia bersama dinas terkait juga telah melakukan pemantauan di pasar tradisional dan ritel modern.
“Termasuk di pangkalan LPG. Jangan sampai tabung 3 kg yang khususnya buat subsidi bagi warga malah naik harga di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).”
Sehingga jika dapat dikendalikan hal itu, Lailana merasa optimis ke depan agar tidak tercatat lagi dalam kategori merah. Khususnya di triwulan ke-2 nanti, dia menyebut sejak tiga bulan ke depan dapat mengoptimalkan kenaikan harga tersebut agar tidak inflasi.@