Jumat malam lalu (4/09) di Kampung Buku Banjarmasin, telah diluncurkan buku Leksikon Penyair Kalimantan Selatan (1930-2020) karya Micky Hidayat. Buku ini, menurut saya, patut dibahas lebih lanjut. Setidaknya, untuk mengisi atau mempertebal wacana sastra kita di Banua.

Di buku ini, Leksikon Penyair Kalsel…, dicatat oleh Micky Hidayat sang editor, ada seribu empat puluh dua entri nama penyair Kalimantan Selatan, dalam periode tahun 1930-2020. Luar biasa! Tak hanya mencatat nama, buku ini juga memuat biodata kepenyairan seribuan nama itu. Mulai dari tempat-tanggal lahir, latar pendidikan, data aktivitas maupun karya pusi. Jadi, buku ini memang berisi kumpulan biodata kepenyairan. Artinya, buku ini lebih bernilai dokumenter atau kearsipan sastra, ketimbang “bernilai sastra”.

Dari fakta itu, menurut saya ini punya dualitas apresiasi kritis. Di satu sisi, Micky Hidayat sebagai seorang penyair, telah menunjukkan bahwa kerja kepenyairan itu bukanlah melulu aktivitas seni yang imajiner dan mengandalkan subjektivitas. Buku Leksikon Penyair Kalsel yang dihasilkannya adalah aktivitas saintifik. Suatu runtutan kerja tekun, mulai dari pengumpulan fakta dan data objektif kepenyairan, menganalisis, hingga pemaparan hasilnya ke publik. Artinya, kerja Micky Hidayat ini adalah kerja yang ilmiah-metodis, bernilai keilmuan.

Di sisi yang lain, bukankah fakta ini adalah otokritik bagi masyarakat ilmu bahasa dan sastra kita di Banua? Mengapa penyusunan buku Leksikon Penyair Kalsel sebagai kerja keilmuan ini diambil alih oleh seniman, digarap oleh penyair? Ke mana para ilmuwan, akademisi, peneliti serta instansi formal bidang bahasa dan sastra Banua?

Saya berandai-andai, penyair Micky Hidayat lebih memilih khusyuk berkontemplasi, merenung, atau apalah namanya, kemudian meluncurkan buku puisinya yang terkini. Sayangnya, itu belum terjadi. Tapi, pengandaian bukanlah fakta konkret. Faktanya, buku Leksikon Penyair Kalsel sudah diluncurkannya. Lantas, bagaimana kita mengapresiasi buku ini dengan sebaik-baiknya?

Saya masih percaya, bahwa setiap publikasi buku atau karya literatur lainnya punya nilai penguatan kultural.

Dari sisi pengetahuan, buku Leksikon Penyair Kalsel menjadi asupan informasi sejarah kepenyairan bagi kita di Banua. Dari sisi pendidikan, selain menambah bahan pembelajaran sastra, buku ini dapat memicu lahirnya bahan pembelajaran di bidang lainnya. Dari sisi ekonomi, tentu saja penerbitan buku ini akan menggerakkan ekosistem industri perbukuan kita.

Demikiran apresiasi ringkas saya, atas terbitnya  buku Leksikon Penyair Kalsel karya Micky Hidayat ini. Seperti saya, semoga Anda pun dapat segera membaca buku ini.@