Entahlah apakah metode penolakan gaya klasik seperti ini masih terfungsikan dengan baik di era kaum rebahan saat sekarang. Konon rumornya, era pendekatan terhadap pasangan sudah berevolusi. Perkenalan semakin mudah dengan keberadaan media sosial dan internet tenu saja. Berbagai platform tercipta tak sekadar untuk bersilaturahmi tetapi juga memperluas jaringan pertemanan di dunia maya, yang positifnya juga memperluas ikatan pertemanan di dunia nyata. Ya negatifnya tetap ada lah, ya.
Kemudian, pada fase berikutnya, insan muda yang sedang kasmaran atau sedang dalam program mencari pasangan mulai merangkap menjadi wartawan. Jika ia seorang cowok yang lagi magang di kantor berita, pertanyaannya tak akan jauh seputar sudah apa belum? Entah itu makan, minum, tidur, dan ditutup dengan “lagi ngapain?” 5W1H lah, ya.
Dear para lelaki, tidak semua perempuan terbuka dengan pertanyaan, sebagaimana wartawan melakukan wawancara, ia hanya sampai pada bagian bertanya, meski kamu berharap untuk ditanya balik, tapi itu tidak terjadi.
Selanjutnya, jika perihal standar demikian juga tak berhasil meraih perhatian atau rasa penasaran, teori dasar-dasar jurnalistik pun sudah tak lagi berguna, maka pendekatan naik satu tingkat menjadi kata-kata penuh perhatian. Dan yang paling memuakkan adalah “Jangan telat makan loh, ntar sakit!” euwh.
Ok, Fine! setelah langkah-langkah demi langkah sudah dijalanin. Kamu mungkin sudah mulai berani mengajak bertemu dan membayar segala tagihan. Tak hanya korban uang tapi juga bahan bakar. Mungkin pada bagian ini kamu merasa sudah waktunya mengungkapkan perasaan. Tapi tunggu dulu, pastikan dirimu tidak berharap lebih. Pastikan dirimu kuat mental saat dia bilang, “Maaf, kamu terlalu baik buat aku!” jika kamu termasuk dalam golongan breakdown mental, kamu bisa mendadak menjadi badboy.
Dan… ini adalah perkara klasik. Salam asyikasyik@.