MAKRIFAT PERKAWINAN
Cerita Kepada Nomi

kalaulah seratus matahari telah padam. bau ranjang, anaktangga, juga sabun deterjen tentu lebih cukup menjadi gairah, saksi bahwa telinga kita semakin luas pendengarannya melebihi jagat tempat menampung matahari itu. meski mata mulai memudar, apakah yang kita lihat adalah angan-angan atau kerelaan untuk bersama pulang. sandal yang kita tulis sepasang idiom, lebih sepakat dari tunggakan listrik, paket internet bulanan, juga suntik implan. serta cita-cita sebelum kematian.

O Bapak Adam, Ibu Hawa. pohon yang kau petik buah, bijinya kami semai menjadi makrifat, setelah anak-anak terluka saat belajar sepeda, mencoret kamar mandi, dan mulai pandai mengucap nama benda, kami tak ingin ada yang mengetahui rahasia jalan, agar suatu ketika matahari benar-benar tenggelam kami tetap penasaran. siapa sesungguhnya yang paling setia, cinta atau usia yang semakin bening. atau hanya jejak yang kami tapakkan dari sepasang sandal.

kalaulah seratus matahari telah padam. gaun pengantin, akte kelahiran, kartu keluarga, karet gelang, dan kitab suci, tentu paham menuliskan nama-nama, melebihi cerita apapun yang paling mustahil. saksi bahwa lidah kita semakin fasih melafalkan kalimat doa, meski mata semakin pudar penglihatannya, apakah yang kita lihat adalah kenyataan lalu bersama-sama menyebutkan perihal kematian.

Kampung Keramat, 25 Juni 2021


MUASAL AIR

sabda dalam bayangan, waktu adalah kekekalan bagi kehendak dan perumpamaan
siapa yang paling pandai, di antara ruang dan sifat paling bertemu
engkau adalah sumber bagi Adam. Turunlah, Adam dan Hawa mencair
dari uratnadi dan selangkangan, ular menjadi lebih bayangan
yang ke puncak adalah birahi pepohonan.

tak ada sesiapa yang dapat memberi sumpah, kecuali pertobatan
dan pertemuan, angin kemudian memecah, bumi dan langit tumbuh
kun segala kun bendahara segala asal, segala yang ada dan bermula

o, sabda dalam bayangan, melingkarlah dalam uratnadi dan selangkangan
bumi yang bergetar, bumi yang berpindah dari pengrusakan
adalah risalah yang enggan dituliskan kitab suci
sampai tak ada lagi yang dapat mengucapkan siapa yang paling bertemu dalam
bayangan

2020


ABO

seekor belalang, benar-benar paham bahwa tangkai padi siap untuk dipanen
kalau telah sampai ke tuai. setelah ribuan matahari terbenam karena dipukul oleh para Dewa, maka satu-satunya matahari yang selamat, berpindah setiap waktu, pagi nampak di sebelah timur, sore nampak di sebelah barat. tak ada seorangpun yang mampu menyelamatkan matahari untuk abadi.

penguasa yang lalim turun ke pematang, ia belajar membaca mantera penyembuhan dan awet muda. siang dan malam tapa tanpa henti, ubi jalar, labu, pakis, dan rotan saga tumbuh di kepala. sampai lupa ia pada anak bungsunya yang begitu gemar bubur jawawut.

di ruang sidang, seorang menteri koordinator sibuk memilih cermin untuk dihadiahkan pada putera mahkota. bendera dan umbul-umbul mengejar matahari, belalang masih berharap, tuan paduka raja berhenti membela matahari, sebab dulu Sungokong berhasil ditipu kerbau, babi, dan ikan betok. bahwa naga dan ular sanca menyamar jadi mulan, tao, dan sabda palon. laut telah berhasil dicuri dan dipindahkan ke dalam selokan.

menteri, ahli zikir, ahli fiqih, pedagang, copet, calo, lupa bahwa huru hara adalah pertanda
bahwa matahari akan segera abadi, tukang kayu dan tukang sulap, kacamata, lampu blitz, kubah dan bunyi lonceng, telah berhasil mengepung matahari, mereka sibuk sekali bertawasul, hingga di antara mereka bingung, saat zoommeeting apakah jenggot atau jembut yang memanjang sampai ke tumit paduka raja. belalang, o belalang, kupu-kupu tak akan makan padi.

2020

Facebook Comments