Emang sih, ya, membandingkan atau menghubungkan Mortal Kombat versi gim kepada film itu tidak etis. Tapi, sedari awal diciptakan, MK memang memulai industrinya dalam dunia video game. Maka, apa pun jenis karya yang dilahirkan dalam bentuk industri media, entah itu film, anime, web series, sampai action figure, fans pasti mengingat desain awal dari semesta video game.

Hal yang paling adem agar fans bisa berterima atas film ini adalah: MK 2021 memang dibikin sebagai reboot alias awalan baru yang tidak wajib berhubungan. Atau malah litlle bit bisa, kok, kalau dihubungkan. Secara, Liu Kang sudah memenangkan turnamen berkali-kali, telah mengalahkan Shao Khan dan juga Tsang Shung di era lampau. Maka wajar, jika nrimo Liu Kang mengetahui banyak hal tentang Mortal Kombat Universe. Maybe yes! Mari kita lanjut!

Pertarungan Sonya dan Kano di tengah gurun dalam perjalanan menuju Kuil Raiden

Setelah mereka berempat (Sonya, Kano dan Cole) bertemu Liu Kang di gurun ala ala sahara, terjadi pergejolakan soal arcana. Ini bagian yang paling bikin ketawa, sih! Karakter Kano, kan emang asal nyablak gitu, arogan, omong, selengean, berandal banget lah pokoknya, tapi di early scene ia benar-betul diset untuk berada dalam lingkaran petarung bumi (earthrealm). Meski akhirnya berkhianat dan bergabung dengan Tsang Shung serta petarung outworld lainnya.

Dari masuk goa Kuil Raiden, ini si Liu Kang bacot beut. He is semi-semi penunjuk arah. Tapi, visual effect dan vibes yang dihadirkan dalam bingkai gambar bagus sekali. Dan easter egg pertama muncul yakni Amulet Shinnok yang dicuri Kano kleptomania style. Kano emang jahil jahat sih, parah. Pimpinan Black Dragon sekonyol itu.

Sonya mendapati rekannya di ruang lain, Jax, yang sedang dirawat oleh para biksu. Kemudian Liu Kang ceramah lagi, setelahnya, ia membawa gerombolan petarung tersebut ke hadapan Raiden. Nah, pada frame ini yang berasa banget, postur Raiden kecil gini! Pendek pulak, dilarang berkelahi karena terikat aturan, cuma mainin petir-petir aja gitu terus. Oghey!

Raiden meremehkan para petarung yang dibawa Liu Kang. Ia juga mengejek Sonya yang turut serta namun tidak mempunyai tanda/simbol naga di tubuhnya.

Easter egg kedua mungul lagi. Momennya saat Sub Zero masuk ke dalam kuil, mendapati Liu Kang dan keduanya saling lempar cakra. Liu Kang melemparkan bola api dari tangannya dibalas Sub Zero dengan gumpalan es. Liu Kang terpental dan suara topi melayang yang cukup naisee menyelamatkannya dari ancaman Sub Zero. Yap, salah satu karakter idola kombatan muncul, he is Kung Lao. Movementnya persis sebagaimana gerakan yang ada dalam gin. Naiiisee lah, ya.

Ketika dua kelompok ini berhadap-hadapan. Di sebelah Kano, tertangkap dari gambar pisau kipas berwarna biru. Entah apakah di sekuel nantinya akan ada kehadiran karakter yang memperkuat romansanya Liu Kang? Siapa lagi kalau bukan Princess Kitana.

Pisau Kipas Milik Kitana sebagai Easter Egg
Pisau Kipas Milik Kitana sebagai Easter Egg

Entah pemikiran dari mana, penulis seperti mengharuskan banget para petarung ini berlatih. Dan ada keribetan yang terjadi saat Cole diminta berhadap-hadapan dengan Kung Lao. Topinya itu berasa kayak beban sekali untuk karakternya.

Meski itu ciri khas, dengan CGI yang canggih setidaknya editor bisa lebih memberikan efek yang mirip dengan game. Yang berasa lebih ribet lagi ketika Kung Lao harus menangkap topinya setelah dilempar kemudian mengaitkannya talinya di dagu. Sumpah, ini adegan yang buruk sih dalam sebuah film fighting sekelas MK, Warner Bros pula.

Fine, mari kita persingkat saja. Saling bully antar mereka terjadi di meja makan, Kung Lao sengaja memancing amarah Kano yang berhasil mendapatkan arcana mata lasernya. Sesederhana itu.

Padahal di MK Legacy, laser dari mata kanan Kano diceritakan sangat saintisfik dengan kecanggihan teknologi militer. Tapi, begitulah adanya. Harusnya Kano memang berterima kasih kepada Kung Lao.

Scene beralih ke perbincangan Raiden dengan Cole. Ia meyakinkan bahwa Cole memunyai garis keturunan ninja terbaik di masa lampau, Hanzo Hasashi. Raiden menyelamatkan garis keturunan terakhir hingga ia sekarang. Maksud Raiden agar Cole tidak ciut dalam pertarungan.

“Selama berabad-abad, tanda dari Hasashi telah diturunkan dari nenek moyangmu. Aku berharap kekuatan dalam garis keturunanmu masih kuat dalam dirimu. Tapi kini kusadari bahwa aku salah,” ungkap Raiden.

Pelajaran ketiga: nasab itu penting. Keturunan dari siapakah anda-anda yang hidup sekarang ini?

Situasi Outworld: Tsang Shung memperkenalkan salah satu karakter perempuan yang pertama muncul di MK Deadly Alliance. Ialah Nitara, diperankan oleh Elissa Cadwell. Meski sebentar sekali, ia mesti terbunuh dan di-Fatality oleh Kung Lao dalam turnamen.

Penampakan Nitara dalam film

Penampakan Kabal dan Reiko juga hadir di menit yang sama. Sayang sekali, Kabal yang termasuk dari sekian banyak karakter favorit kombatan, tidak banyak diceritakan latar belakangnya di sini. Ia seperti dipaksa untuk muncul kemudian kalah. Ya sudah.

Prince Goro, makhluk bertangan empat juga diperkenalkan di sini, kaum dari Kaisar Shao Khan, sebagai petarung outworld di bawah bayang-bayang Tsang Shung. Dan sayang, ia juga sebentar, mati ketika bertarung dengan Cole.

Scene Goro Vs Cole

Dalam game, Goro termasuk karakter kuat dan tingkatan kedua di bawah boss alias musuh besar dalam tangga turnamen. Ya terserah sutradaranya saja lah.

Finally, pertarungan-pertarungan pun terjadi. Hingga ke adegan paling yahut saat Hanzo kembali keluar dari Netherrealm (neraka) ke Earthrealm (bumi). Adegan ini sudah familiar sekali.

Sampai di sini, mari saya beberkan fakta yang harus diterima lantaran perbedaan dengan versi video gamenya. Namun, dibalik itu semua, kami sebagai fans juga harus puas akan kesesuaian yang ditampilkan oleh sutradara, good job!

Pertama: Kesesuaian Fatality

Kung Lao, Scorpion, Liu Kang

Dalam film, visualisasi dibuat cukup mirip dengan game. Kung Lao bertarung dengan Nitara, diakhirnya, ia membelah Nitara menjadi dua bagian dengan topi ajaibnya.

Adegan topi Kung Lao yang membelah Nitara

Naga Dang Fire yang muncul melawan kabal dan semburan api melalui wajah tengkorak Scorpion ketika menghabisi Sub Zero diakhir scene.

Semburan Api Scorpion sebagai Fatality sebagaimana tampilan dalam game

Kedua: Kesesuaian Suasana

Dark mode. Mungkin begitu sebutannya kalau kamu pengguna layar. Jika mengingat dua film sebelumnya, MK 2021 terasa lebih gelap. Begitu juga dengan arena pertarunganya yang kesannya dibikin mirip dengan gim.

Ketiga: Rating Dewasa

Bukan Mortal Kombat namanya kalau tidak menampilkan sisi kesadisan, gore, darah yang bercucuran, usus terburai, tulang-belulang, dan kengerian lainnya. Entah kalian menonton versi dengan sensor atau pun tidak, adegan darah dan kesadisan masih jelas dimunculkan, tak seperti film pertama dan kedua ysng hampir minim sekali.

Keempat: Kesesuaian Goro

Jika pada film sebelumnya visualisasi goro menggunakan boneka, tidak untuk tahun ini. Didukung dengan kecanggihan teknologi CGI, Goro tampil semirip mungkin dengan versi gim.

Mungkin itu dulu yang mampu penulis beberkan dalam edisi kedua Mortal Kombat versi asyikasyik.com. Bagian pertama bisa kamu klik di sini. Tenang, menceritakan Mortal Kombat yang umurnya lebih 2 dekade tidak akan kehabisan bahan. Next episode kita akan bahas sejak pendiriannya di tahun 1992. Dari saya, selamat bernostalgia. []