PENULIS
Pernah wara-wiri di sejumlah koran lokal dan koran grup nasional, hingga akhirnya—karena tuntutan zaman, memutuskan melahirkan media online asyikasyik.com bersama beberapa temannya yang diluncurkan tepat pada malam deklarasi dua pasangan Capres-Cawapres 2019, Kamis (9/8/2018) malam Jumat Pahing. Menulis cerpen, novel, dan sesekali puisi apabila terlalu banyak termenung. Baginya, asyikasyik.com adalah tamasya pikiran dari ingar-bingar hidup yang terlalu serius dan sok sibuk.
Penulis biasa, suka njlimet, tapi kadang asyik juga. Pernah nyantri, tapi gak bisa jadi kiai, malah jadi wartawan. Juara lomba novel dan naskah drama, gara-gara hidupnya penuh drama, putar haluan menjadi esais. Sebenarnya suka fotografi, tapi belakangan lebih suka mantau instastory. Sesekali nulis berita kalau lagi mood. Tapi lebih senang ketemu banyak orang dan menuliskan kisah hidup yang siapa tahu inspiratif. Part time jadi driver, lebih senang kalau penumpangnya cantik. Sering dapat curhatan absurd lalu ditulis jadi cerita pendek. Doi pikir hidup gak perlu ribet mikirin isi dompet yang penting penampilan.
Hajriansyah, menulis karya sastra--terutama makin kencang--sejak diterbitkan karya-karyanya oleh Sandi Firly di halaman sastra Radar Banjar tahun 2007 yang lalu. Masuk Prodi Akhlak Tasawuf di Pascasarjana UIN Antasari karena pengin nulis tentang seni-lukis tasawuf, kejadiannya nulis Estetika Sufi Amang Rahman Jubair--seorang sufi yang pelukis atau pelukis yang sufi.
Tinggal di Kota Banjarmasin. Menulis seenaknya: kadang menulis puisi berbahasa Banjar, kadang puisi berbahasa Indonesia, juga menulis cerpen, esai seni dan budaya; menulis naskah/sutradara teater, editor buku sastra dan sejenisnya. Bersama Datamur Present dan Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3), di Gedung Balairung Sari, UPTD Taman Budaya Kalsel, Banjarmasin, Jumat malam, 5 Oktober 2018, dia akan tampil dalam pertunjukan “Di Bawah Langit Beku: Musikalisasi Puisi dan Baca Puisi Y.S. Agus Suseno”.
Kelahiran Jawa Timur . Bercita-cita jadi Arkeologi tapi nyasar ke Ekonomi. Besar dalam era ORBA membuat wanita keras kepala ini menjadi "Rebelle" karena dia suka kebebasan dan transparan. Hampir 20 tahun (sampai saat ini) tinggal di Eropa. Hanya satu yang membuatnya betah karena dia bebas dalam "berekspresi".
Penikmat Sastra tinggal di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Kumpulan puisi pertamanya berjudul “Melintas Mega Jingga” (2015). Dan tahun 2018 ini akan meluncurkan antologi puisi kedua berjudul “Wangi Hutan Selepas Hujan”. Mendirikan Sanggar Sastra Siswa Indonesia (SSSI) Kotabaru (2007). Sekarang terus aktif menulis, dan menghadiri sejumlah kegiatan seni sastra di Kalimantan Selatan.
Sastrawan Indonesia yang banyak menulis puisi dan cerita pendek. Ia juga dikenal sebagai penyair, cerpenis, dan esais. Raudal pernah menjadi koresponden Harian Semangat dan Haluan, Padang. Raudal menyelesaikan studinya di Jurusan Teater Yogyakarta. Karyanya berupa puisi, cerpen dan esei dipublikasikan di pelbagai media massa dan antologi. Kini ia mengelola Komunitas Rumah Lebah Yogyakarta, Penerbit Akar Indonesia, dan Jurnal Cerpen Indonesia.
Menyelesaikan studi S1 di Fakultas Dirasat Islamiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan S1 Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences. Puisi-puisinya dimuat di Tempo, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Indopos, Riau Pos, Babel Pos, Media Kalimantan, Lampung Post, Koran Madura, dll. Kini mengabdikan diri sebagai pengajar di Madrasah Darus-Sunnah, SMA Adzkia Daarut Tauhiid, dan Salemba Group (SG).
Lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan sampai kini masih menetap di kota kelahirannya. Ia menulis puisi, cerpen, dan esai juga karya jurnalistik. Dipublikasikan di berbagai media massa terbitan Jakarta dan daerah, seperti Kompas, Republika, Jawa Pos, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Media Indonesia, Tanjungpinang Pos, dan lain-lain.
Buku puisinya, Kini Aku Sudah Jadi Batu! masuk 5 besar Badan Pengembangan Bahasa Kemendikbud RI (2020), Tausiyah Ibu masuk 25 nomine Sayembara Buku Puisi 2020 Yayasan Hari Puisi Indonesia, dan Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua dinobatkan sebagai 5 besar buku puisi pilihan Tempo (2020)
Buku-buku puisi Isbedy lainnya, ialah Menampar Angin, Aku Tandai Tahilalatmu, Kota Cahaya, Menuju Kota Lama (memenangi Buku Puisi Pilihan Hari Puisi Indonesia, tahun 2014): Di Alunalun Itu Ada Kalian, Kupukupu, dan Pelangi, dan Kau Kekasih Aku Kelasi (2021).
Kemudian sejumlah buku cerpennya, yakni Perempuan Sunyi, Dawai Kembali Berdenting, Seandainya Kau Jadi Ikan, Perempuan di Rumah Panggung, Kau Mau Mengajakku ke Mana Malam ini? (Basabasi, 2018), dan Aku Betina Kau Perempuan (basabasi, 2020).
Isbedy pernah sebulan di Belanda pada 2015 yang melahirkan kumpulan puisi November Musim Dingin, dan sejumlah negara di ASEAN baik membaca puisi maupun sebagai pembicara. Beberapa kali juara lomba cipta puisi dan cerpen.
Lahir pada tanggal 12 November di Jakarta. Alumni Fakultas Ekonomi dengan Program Studi Manajemen dari Universitas Pasundan Bandung ini mulai menulis puisi sejak usia 11 tahun. Puisi-puisinya telah dipublikasikan di beberapa media cetak seperti Pikiran Rakyat, Suara Pembaruan, Sulbar Pos, Lampung Post, Haluan (Padang), Koran Madura, Harian Cakrawala (Makassar), Solopos, Posmetro Jambi, Fajar Sumatera, Tanjungpinang Pos, Harian Rakyat Sumbar, Polman Ekspres, Majalah Islam Annida, Jurnal Puisi, Buletin "Raja Kadal", Majalah Sastra "Aksara", Buletin “Jejak”, Majalah Budaya “Sagang”, Buletin “Mantra” dan Majalah “Kandaga”. Puisi-puisinya juga terangkum dalam lebih dari 80 buku antologi bersama. Namanya juga tercantum dalam Profil Perempuan Pengarang & Penulis Indonesia (Kosa Kata Kita, 2012). Tiga buku kumpulan puisi tunggalnya yang berjudul Atas Nama Cinta (Shell-Jagat Tempurung, 2012), Kuukir Senja dari Balik Jendela (Oase Qalbu, 2013) dan Labirin (Metabook, 2015) telah terbit. Saat ini bekerja di sebuah perusahaan kontraktor dan menetap di Tangerang.
Lahir di Kota Banyuwangi tepatnya pada tanggal 30 September 1998. Terbilang sedang menempuh pendidikannya sebagai seorang mahasiswi farmasi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Banyuwangi sejak tahun 2016.
Beberapa puisinya tergabung dalam antologi puisi seperti Dedaunan Sajak Untukmu Ibun (2016), Bianglala (2017), Antologi Malka Sastra (2018), serta Etalase (2018). Beragam tulisan-tulisannya yang biasa-biasa saja dapat Anda jumpai melalui media sosial seperti Twitter: @ritaandr_ (ra), Instagram: @ritaandr_ (ra), serta bisa pula menghubunginya melalui kontak E-mail: [email protected] dan di nomor ponsel 081216393498.
Perempuan ini bernama Wahyu We, lahir pada 30 Desember 1995 dan diberi nama Wahyu Widiyawati oleh orangtuanya. Ia tinggal di dekat pesisir pantai selatan, tepatnya di Pedukuhan 9 Jalan, Banaran, Galur, Kulonprogo, DIY. Ia telah menamatkan identitasnya sebagai seorang pelajar di SMA N 1 Lendah. Detik ini sedang bergelut dengan Tugas Akhir atau Skripsi di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hobinya ialah membaca, menulis, dan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan seni seperti misalnya seni lukis, seni tarik suara, dan seni mencintainya dalam imaji. Ia pernah menjuarai lomba cipta puisi dalam memperingati Hari Pendidikan yang diadakan oleh Buletin Himpka, menjuarai lomba baca puisi tingkat Universitas di kampusnya, beberapa puisinya juga bisa dijumpai di web pura-pura penyair, dan satu lagi karya cerpennya pernah masuk dalam 20 besar karya terbaik ICF UNDIP.
Lahir di Sumenep, Madura. Alumni Annuqayah daerah Lubangsa. Puisinya pernah dimuat di: Minggu pagi, Kabar Madura, Koran Dinamikanews, Buletin Jejak, Tuban Jogja, Buletin kompak, Jejak publisher, Majalah Simalaba, Antologi bersamanya :Suatu Hari Mereka Membunuh Musim(Persi :2016), Kelulus (Persi :2017) Dan The First Drop Of Rain, Banjarbaru, 2017. Sekarang aktiv di Garawiksa Institute, Yogyakarta.
lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 1999. Puisi-puisinya dimuat
asyikasyik, sastramedia, ompiompi, Koran Tempo, Pos Bali, Majalah Mata Puisi, Radar Banjarmasin, Banjarmasin Post, Majalah Sastra Kandaga, Radar Tasikmalaya, dan Harian Rakyat Sultra. Bergiat di Kelas Puisi Bekasi(KPB). Buku puisi tunggalnya TALKIN(2017) dan Suara Tanah Asal(2018).
Pria dengan wajah ruwet ini lahir di Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan pada 27 Oktober 1977. Pernah kuliah di Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah dan Filsafat. Belum sempat lulus, keburu bosan, lantas pindah ke Jakarta. Berhasil lulus kuliah di IAIN Jakarta yang berubah jadi UIN ini pada 2002. Pernah aktif sebagai aktivis prodem dan coordinator Forum Study MaKAR (Manba’ul Afkar) Ciputat, aktivis di Desantara Institute for Cultural Studies, voluntir peneliti di Interseksi Foundation. Karena tidak betah menjomblo di Jakarta, pulang kampung pada 2006 sampai sekarang. Pada 2008 sempat menerbitkan Iloen Tabalong, satu-satunya media berbahasa Banjar se-Kalimantan dan gratis. Wahini sehari-hari bekerja di PLTU Tabalong. Hobi baca buku, diskusi, wiridan dan Tai Chi.