Selain cuaca, soal makanan, wow… aku harus berjuang untuk beradaptasi. Aku yang susah sekali soal makan, pelan-pelan mencoba ini itu. Dari yang baru… keju sampai wine. Mencoba tidak makan nasi beberapa hari. Sehari dua hari bisa bertahan, hari ketiga tidak kuat, kangen makan nasi, bagaimanapun aku orang Asia. Aku tak bisa hanya makan roti tiap hari.
Kentang goreng aku tidak fans, karena banyak lemak. Untunglah akhirnya aku menyukai keju, dan Prancis negara yang di setiap daerah memiliki keju berbeda, tentu aku makan keju asli (bukan industrial) karena aku anti dengan itu. Aku lebih suka belanja makanan di pedagang kecil dan home made, aku tak suka belanja di supermarket kecuali untuk produk-produk tertentu yang secara tradisional tidak bisa diproduksi.
Soal wine, kalau wine yang enak aku tak menolak, hehee…
Semakin aku mengerti seluk-beluk Eropa, semakin aku susah untuk makan dan juga pola hidupku berubah. Sekarang aku menjadi vegetarien dan berusaha makan produk organik dan lokal (kecuali beras tentunya).
Bicara soal makan ini memang harus sabar. Apalagi bila sudah duduk di meja makan. Jika kita orang Indonesia menyantap hidangan maksimum 30menit sudah habis, orang Prancis perlu sekitar 2 jam untuk bersantap. Dari pembuka, makanan utama, keju, makanan penutup (bisa kue atau buah), sampai akhirnya kopi.
Apalagi kalau ada acara penting, Natal misalnya, makan siang Natal (25 Desember) bisa mulai pukul 12:00 dan berakhir pukul 17:00, terus pukul 18:00 mulai makan malam yang selesai sampai dinihari (pukul 01:00). Walaupun tidak banyak yang ke gereja, tapi semua ikut merayakan Natal karena waktu Natal adalah kesempatan berkumpul dengan keluarga besar, yang selama berbulan-bulan disibukkan oleh kegiatan masing-masing. Liburan Natal, orang Prancis lebih memilih berkumpul dengan keluarga, liburan akhir tahun baru mereka berkumpul dengan teman-teman atau tetangga.@