MEMOTRET JENGKI

hujan memotret jengki
di mingguraya

ia menyentuh gawai
menekan tombol
menilik hujan yang kebasahan

dalam konser yang kehujanan
juragan hujan memungut gerimis yang rinai
di antara saku jaket yang kedinginan

hujan berebut menengok jengki
di tepi warung
kepulan asap rokok penonton konser
mengganggu hujan yang diam-diam
merekam jejak jengki

payung-payung kehujanan
melangsir pemiliknya yang entah diborong siapa

namun jengki tak peduli
ia duduk di ujung panggung
memeluk hujan
          : dalam kesendirian

2018

 

SONGKOK IMAM BUDIMAN

Tanganku gagal memberai benang-benang di songkok yang kau kenakan. Tak kubawa gunting untuk meluapkan janji yang pernah kutanggalkan.

di meja panjang mingguraya
kita berkenalan bak satria
yang pongah di pertempuran

kamu duduk berdua dengan benalu-benalu dunia
                                                             mesra

di ujung meja aku memejam mata
mengurai corak semiotika sembilu
dalam-dalam aku pasung semua bintang
yang simpang-siur di kegelapan

kuraba nama-namanya
kugenggam jarak
yang seakan melangkah menjauhi

bagimu imam
kepala harus dilindungi dari kontaminasi kata-kata
berlindung dari terjalan pikiran
semak-semak diksi
duri-duri metafora
        sublimasi salafiy ahsyar’i nan khuruj

2018

 

JATUH
TERBARING
DALAM CADAR
FITRIANI UM SALVA

aku sembunyi di cadarmu
perempuan yang kehujanan
dari upacara waktu

aku seperti ingin tidur
dalam bayangan keibuan
ketika remah-remahg erimis
gigir dalam pelukan

Um,
izinkan aku tidur
bersemedi dalam jilbabmu
mengurung rapat
riak-riak asa
sisa-sisa becek hujan yang ketinggalan

2018