Kotheka
Jika kau tetap begini
Maka aku akan mencintaimu seperti ini:
Jadi, pada nyala api
Kugambar wajahmu yang bersembunyi
Di belakang bayanganmu sendiri, sri!
Lalu, kuletakkan bibirku pada sebatang cerutu
Sebagaimana dahulu pernah kutempelkan di keningmu
Saat di mana kau masih utuh disusun waktu
Pelan-pelan api mendaki, sri!
Ini bukan lagi puisi dan ruang paling abadi
Tapi ini tentang ribuan mimpi kita yang bakal terjadi
Di setiap gumpalan asap itu
Yang sengaja mendobrak pintu jantungku
Kuharap ia mampu menyelamatkan segala rindu
Satu lagi, sri!
Sisa abunya akan kuletakkan di belakang tubuhku
Agar kau terpelanting-pelanting mengejarku
Yogyakarta, 2020
*Kotheka: merupakan salah satu kepercayaan orang di Madura dalam mensiasati suatu hal untuk bisa jatuh kepada dirinya.
Kemarilah
Kemarilah, sri!
Duduklah di sampingku
Aku akan menceritakan tentang sejumlah puisiku
Yang sudahtak mampu lagi menulis tentangmu
Tentang abjad-abjad yang kehilangan alasan
Kenapa memilih bersujud memanggil Tuhan
Kemarilah, sri!
Duduklah di sampingku
Dan ajari aku cara membunuh kegagalan
Yogyakarta, 2020
Epilog Malam
Tak kulihat lagi ciuman angin
Pada rerimbun kening daun-daun
Rembulan pun pucat
Setelah bayang-bayang telanjang
Memeluk langit dengan gamang
Tanda damai peperangan
Jalan-jalan sudah kelelahan
Sementara sunyi membujuknya pulang
Tanpa menawarkan sedikit sandaran
Meski hanya pada pundak kenangan
Sebelum malam menjadi matang
Dan tangan pagi memetiknya di dasar hati
Izinkan aku memanggil namamu berkali-kali
Yogyakarta, 2020
Menulis
Menulis
Seperti dalam rerimbun hutan
dan kata-kata liar berloncatan
dari ranting ke ranting
Celakanya, bila ia tak kutangkap
Mereka akan menjelma sosok pembunuh yang kejam
Yogyakarta, 2020
Aku Ingin
Aku ingin menjadi benih keringat
Di kerut wajahmu yang menjadi parit
Kadang ia meluap-luap serupa gelombang
Kala hatimu hujan tak berkesudahan
Tapi, kenapa di bawahnya selalu ada aku dan kesedihan?
Yogyakarta, 2020