Tak ada hal yang paling menyenangkan selain apa yang sedang terjadi persis sebagaimana yang kita rencanakan. Itu yang terjadi pada opening ceremony Banjarbaru Rainy Day’s Literary Festival (BRDLF), tadi malam. Dan ini adalah tahun kedua penyelenggaraannya. Mungkin pembaca nggak tau kali ya, apa yang diperdebatkan rainmakers –panggilan untuk mereka yang pontang-panting menyiapkan acara ini- beberapa hari sebelum hari ‘ha!

“Kok gak pake tenda!”

“Ehhh…, kamu gimana sih, ini, kan festival musim hujan, ya hujan-hujanan lah!”

“Ehhh. Ngerjain gue nih!”

“Tenang. Gak akan ada hujan di sore hari! Nanti jelang petang, mendung datang. Nanti pas pembukaan atau pas walikota naik panggung, hujan kita turunin, disett dikit aja, sekitar 20% persen lah. Atau kurang lagi, 15% boleh deh!”

Gila gak tuh! Saya sebagai orang awam yang bukan siapa-siapa dan tidak sebagai apa-apa seperti terkesima melihat perbincangan kawan-kawan para rainmakers ini. Emang bisa, ya, diatur kayak gitu? Kita lihat nantilah, pikir saya.

Dan moment itu pun tiba.

Senja. Mendung tiba. Malam. Rintik datang. Hujan sedikit saja. Payung-payung dibagikan. Semua membukanya. Dan boom! Fotografer beraksi! Hasilnya? Lihat saja beranda media sosial anda.

foto: Yulian Manan
Facebook Comments