MASALAH gizi remaja putri mesti diperhatikan sejak dini untuk mencegah stunting atau gizi buruk pada kelahiran bayi dan anak.
Pesan itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Hj. Raudatul Jannah melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Nurul Ahdani, dalam pertemuan pemanfaatan teknologi digitalisasi program gizi dan sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting melalui Program 8000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di Banjarmasin, 18-19 Maret 2024.
Dikatakan, bahwa gizi dan kesehatan remaja putri sebagai calon ibu di masa depan memiliki peran yang sangat penting dalam pencegahan stunting.
“Prevalensi stunting nasional berdasarkan studi status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 mencapai angka 21,6%, dengan Provinsi Kalimantan Selatan mengalami penurunan cukup signifikan yaitu sebanyak 5,4% dari 30% pada tahun 2021 menjadi 24,6% pada tahun 2022,” jelasnya.
Menurut Acil Odah, sapaan akrab Hj Raudatul Jannah, angka tersebut masih perlu diperhatikan dan dicarikan solusi untuk mengatasinya. Sementara program 1000 HPK sebagai upaya pencegahan stunting dinilai belum maksimal.
“Oleh karena itu, diperlukan perluasan intervensi hingga 8000 HPK, dengan perhatian khusus pada kelompok 7000 HPK selanjutnya. Apalagi Program 8000 HPK difokuskan pada pemenuhan layanan kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, dan kelompok usia reproduksi,” ujarnya.