Jadi, tadi malam itu saya ke Jakcloth di lapangan Murjani, Banjarbaru. Meskipun keterangan wilayah Banjarmasin, ya, tapi lokasinya tetap di Banjarbaru. Saya berangkat iseng bersama 3 orang sahabat. Anggap saja nengok-nengok seraya observasi dan serap informasi sebagai referensi untuk diri saya pribadi terhadap Zent4 di tahun-tahun mendatang. Sekelebat lewat, samar-samar, ada anak muda yang berucap. “Gila, jajalnya, sama lawan haulan!” mendengar itu saya jadi senyum-senyum sendiri. Lebay-lebay anjay.

Petjaaaahh. Hari pertama pembukaan saja kondisi begitu ganas. Padat, sumpek, merayap, antri, bikin haus, bikin lapar, bikin senang. Ya apalagi untuk kawan-kawan yang udah gila fashion dan belanja sebagai terapi agar tetap waras. Tetaplah berbelanja, gaes, ini penting untuk kehidupan kita dalam berbangsa, bernegara, bersaudara, dan berjualan tentu saja.

Jakcloth kali pertama menyapa Banjarmasin/Banjarbaru (kalau tak khilaf) tahun 2016. Secara nasional, angka transaksi di Kalsel nomor dua tertinggi setelah Jakarta. Wajar dengan angka pendapatan yang sekian tinggi Kota Banjarmasin tetap dipertahankan masuk dalam list turingnya.

Jakcloth menjadi event clothing di Indonesia yang sangat kuantiti banget. Jumlah besar di luar kebiasaannya di atas rata-rata, semua dihadapkan di depan mata, bisa kita raba, kita dengar, kita rasakan gairah-gairahnya. Sampai-sampai seorang pemuda di samping saya berkata lagi. “Raum unda. Banyak banar!” saya haqul yakin dia bingung karena uang dibawa terlalu sedikit. Dan semua barang yang dijual serba paket. That’s it!

Jakcloth tak sekadar event tahunan, cuy. Momen ini juga menjadi sarana untuk yang doyan belanja seena’e dewe! Terserah dengkulmu. Kamu tinggal pilih, mau merek ini kombinasi merek itu, mau celana sama baju saja, mau satu set outfit dari kepala sampai kaki, everthing. Buy 2 get 3, pay 2 get 4, buy hoodie free 5 t-shirt, dan masih banyak buy-pay-buy-pay lainnya. Sing penting kamu gak beli satuan. Pokoknya, harus beli banyak, minimal paketan.

Ucok Nasution sebagai CEO JakCloth dalam satu wawancara kepada media pernah membeberkan, JakCloth masih menjadi indikator bagi brand-brand clothing lokal untuk menjual produknya dalam jumlah besar, dengan angka transaksi yang di atas rata-rata. Intinya Big Sale!

“Apalagi, JakCloth teragenda pada hari libur, juga menjelang lebaran. Dan dari seluruh riwayat Jakcloth yang digelar kurang lebih 5 hari dalam setiap event menghasilkan jumlah visitor yang tidak sedikit. Ramadan 2018 lalu saja, mencapai 300 ribu visitor, itu di Jakarta,” ungkapnya Ucok. Naiisee ungkap saya.

Bagi sebagian pemilik brand lokal, Jakcloth bisa saja menjadi tolak ukur penjualan tertinggi, atau pencapaian ternaise dalam fase promosi. Ajang ini juga terapi mental, penuh dengan tekanan. Meski beberapa brand lokal yang sekarang sudah besar absen dari Jakcloth, kebanyakan dari mereka tetap harus berterima kasih karena Jakcloth juga berperan penting dalam fase promosi dan branding mereka di tahun-tahun pertama.

“Yang kami tawarkan pada Jakcloth lebih kepada Big Sale. Penjualan dalam jumlah besar, sebaliknya kepada konsumen yakni pembelian dalam jumlah banyak,” tambah Ucok lagi sembari mengelus jenggot panjangnya.

Ketika saya pribadi bergaul dalam lingkungan clothingan, event ini ternyata tidak melulu mendisplay stok lama (out of date) yang belum laku lantas sale dengan persen tinggi. Gak, kok. Tapi sebagian store malahan belanja lebih banyak di awal atau produksi dalam jumlah besar yang special untuk display pada booth event. Tanpa mengganggu stok yang sudah ada di toko. Keren, gak, tuh manajemen pergudangannya. Naiisee, kan! Meski semua tak instan dan penuh dengan tahapan-tahapan, setikdanya Jakcloth worth it untuk pemilik brand menaikan pamor dan reputasi produknya di bidang fashion distro.

Sayangnya, entah perhitungan pada bagian mana, Jakcloth meminimalisir hiburan atau bahkan tidak lagi mendatangkan artis-artis kenamaan. Itu bisa dilihat dari 2 tahun belakangan. Meski begitu, para visitor penggemar kuliner masih bisa berbahagia dengan banyaknya booth makanan serta minuman. So, jangan takut kelaperan saat sibuk milih barang, ya, gengs. Jangan khawatir kehausan setelah selesai antrian panjang bertransaksi.

Ketika saya iseng bertanya ke kawan-kawan berapa omset perhari dan closing mereka di penghabisan hari? jawab mereka: sssttt… itu sensitif, dan saya dibisikin saja. “Jangan dikasih tau publik, ya!” ujarnya. Oke, fix! Dari saya, selamat berbelanja! Tetap dukung lokal brand untuk penghidupan yang lebih baik. Cayo!@

Dan tetaplah tinggalkan jejak dengan memberikan komentar agar kita bisa saling berinteraksi, berelasi, dan terkoneksi. Pembaca yang baik memberikan saran dan masukan demi keberlangsungan kehidupan sosial yang bermakna dan mengasyikkan tentu saja. And see you!@