ARUH Sastra Kalimantan Selatan (ASKS) XXI tahun 2024 di Barikin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) telah usai. Berlangsung tiga hari, dimulai pada Jumat (6/12), beakhir Minggu (8/12/2024).
Ada banyak cerita yang bisa dikisahkan dari acara yang rutin dilaksanakan saban tahun sekali dengan cara bergiliran antar kota/kabupaten di Kalimantan Selatan ini– suatu agenda yang menurut beberapa pengamat satu-satunya rutin dilaksanakan di nusantara, bahkan mungkin dunia.
ASKS XXI di Kab HST dinilai berbeda dari aruh-aruh sebelumnya. Pertama, ia digelar di Barikin yang dikenal sebagai desa pusat seni budaya di HST, kedua: dilakukan penyembelihan sapi dan “mengawah” atau memasak bersama yang kemudian dihidangkan untuk para peserta aruh dan masyarakat setempat.
Adanya sapi yang disembelih ini tak luput dari perhatian Sainul Hermawan, satu pembicara di aruh. Ia menulis cukup panjang soal itu. Sedikit kita kutip bagian akhir tulisannya tentang sapi itu:
Jadi, kehadiran sapi di ASKS 21 adalah kehadiran imaji dunia tentang relasi manusia dan alam. Adakah yang lebih merasa penting daripada sapi-sapi ini yang sekali datang ke ASKS setelah itu mati, tanpa perlu diingat apalagi menganggap dirinya sebagai sapi yang paling menghargai ASKS?
Tapi rupanya, tulisan itu kemudian ramai dikomentari dalam perbincangan peserta aruh, bahwa tulisan itu merespon sebuah status di facebook oleh seseorang yang merasa “si paling aruh”.
Kembali ke acara ASKS XXI, kegiatan yang diketuai Fuad Rahman atau dikenal dengan Kayla Untara, berlangsung cukup apik. Panggung utama yang terletak di belakang gudang beras itu menjadi tempat pembukaan sekaligus pertunjukan. Tarian-tarian dan penampilan musikalisasi puisi gemerlap dengan lampu-lampu, meski kadang menyilaukan mata penonton. Pada malam puncak, disuguhkan kolaborasi kesenian oleh para seniman Desa Barikin dari kuntau, tarian, hingga pertunjukan wayang.
Bukan tanpa alasan kegiatan aruh dilaksanakan di Desa Barikin. Karena satu agenda aruh juga memuat mini riset tentang kampung seni budaya itu.
“Sebab, kami akan kembali menggelar lomba dari hasil riset itu, mungkin puisi, cerpen, atau novel, pada tahun depan (2025),” ujar Kayla.
Yang juga ditunggu-tunggu adalah pengumuman para pemenang sejumlah lomba penulisan. Selain lomba penulisan cerpen, puisi, juga ada yang baru seperti lomba menulis pantun dan jingle ASKS (selengkapnya daftar juara bisa dilihat di bagian akhir tulisan ini).
“Kita sengaja membuat rangkaian ASKS ini agak berbeda. Misalnya, mengapa dipusatkan di Desa Barikin, yakni agar nanti peserta dapat melakukan mini riset, yang nanti dapat dibuat karya dan itu akan dilombakan lagi,” ujar Sekretaris Daerah HST M.Yanni, yang juga pemerhati seni.