JEMBATAN. Sekecil dan sesederhana apapun, ia selalu memiliki makna dan pesona. Ia menghubungkan yang terputus yang berbatas, yang musykil—berjalan di udara, dari satu tempat ke seberangnya.

Semenjak Menai Bridge, jembatan gantung yang membentang di atas Selat Menai, Wales Utara, resmi dibuka pada tahun 1826, dan menjadi jembatan gantung modern pertama dunia, manusia masih selalu terpukau dengan jalan yang membentang di atas kepala ini.

Tak terkecuali dengan Jembatan penyeberangan orang (JPO) yang diberi nama “Banjarbaru 2”—nama ini diberikan karena wilayah itu dikenal dengan sebutan Banjarbaru 2, melintang di atas utama Jalan A Yani Km 34, yang baru diresmikan Walikota Banjarbaru HM Aditya Mufti Ariffin, pada Kamis (5/1/2023) malam.

Kehadiran jembatan ini menjadi awal tahun 2023 yang baik bagi warga Banjarbaru, ibukota Kalimantan Selatan. Selain berada di tengah kota, di kawasan Jembatan Banjarbaru 2 ini memang ramai pelajar yang tiap hari sekolah harus menyeberang jalan. Sejumlah sekolah yang terdapat di sana: SMPN 1, SMN 1, dan SMK PP Banjarbaru. Sehingga keberadaan jembatan ini sangat penting, “Para penyeberang, terutama pelajar, bisa menyeberang dengan aman dan nyaman,” ucap Walikota Aditya.

IKON BARU BANJARBARU: Walikota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin saat peresmian JPO Banjarbaru 2, Kamis (5/1/2023) malam.

Jembatan Banjarbaru 2 memiliki panjang bentang 30 meter dan lebar 2 meter dengan daya tampung 400 kg per meter persegi, atau mampu menampung berat tubuh manusia maksimal 100 orang.

Selain fungsinya yang cukup penting, kehadiran Jembatan Banjarbaru 2 ini jelas semakin mempercantik wajah kota Banjarbaru.

Dengan desain yang elegan disertai permainan lampu, jembatan ini akan menjadi daya tarik untuk warga berselfie ria atau melemparkan pandangan sejauh bentang Jalan A Yani yang lurus dan terang waktu malam.

Dulu tahun 1990-an pernah ada jembatan penyeberangan di kawasan Mitra Plaza, Jalan Pangeran Antasari Banjarmasin. Itulah jembatan penyerebarangan pertama yang pernah dibangun di Kalimantan Selatan. Namun jembatan ini kemudian dibongkar pada April 2019, seiring dengan matinya Mitra Plaza, pusat perbelajaan yang pernah berjaya pada era 90-an itu. Adalah peristiwa kerusuhan politik tahun 1997 yang menghanguskan ikon Kota Banjarmasin ini.

Kini, Jembatan Banjarbaru 2 menjadi satu-satunya jembatan penyeberangan orang (JPO) dengan desain modern di Kalimantan Selatan. Segera saja ia akan menjadi ikon kota Banjarbaru. Dan pasti juga memberi imbas peluang ekonomi di sekitar kawasan itu, utamanya ruas jalan di kedua sisi yang menjadi titik pijakan pertama menaiki jembatan, yakni kawasan Jalan Putri Junjung Buih dan Jalan Pangeran Suryanata. Orang-orang yang memarkir kendaraan, atau bersantai di sekitar jembatan itu. Sudah semestinya juga pemerintah melakukan pemeliharaan, kebersihan, kenyamanan, dan keamanan jembatan ini.

Tidak terlalu berlebihan jika pemerintah dan warga kota Banjarbaru berbangga dengan dibangunnya jembatan penyeberangan Banjarbaru 2 ini. Ia tidak sekadar menjadi ikon kota, namun juga sangat fungsional. Seperti halnya ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membanggakan jembatan penyeberangan (orang dan sepeda) Kapal Piinisi di Sudirman pada peresmiannya, 10 Maret 2022. Secara estetika, kata Anies, jembatan ini membawa Jakarta kepada next stage sebagai kota global dunia.

Nah, Jembatan Banjarbaru 2 juga semakin menegaskan Banjarbaru sebagai ibukota yang tahu apa yang diperlukan untuk warga dan kotanya, yang kian hari akan terus berkembang seiring dengan mengalirnya para urban ke Kota Juara ini.

Jembatan. Sekecil dan sesederhana apapun, ia selalu memiliki makna dan pesona. Namun Jembatan Banjarbaru 2 dibangun tidak sekadar sebagai jembatan penyeberangan, ia disolek, paham arti kekinian. Membentang di tengah kota, ia menjadi penanda bagi para pendatang sembari seolah berbisik,, “Selamat datang di ibukota”.@