SEJUMLAH lukisan karya mahasiswa(i) Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Banjarmasin terpajang di Galeri Sanggar Lukis Gusti Sholihin. Giat ini digelar oleh Art Series Team bekerjasama dengan STIKIP PGRI Banjarmasin di UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan, Kota Banjarmasin.

Sebelum memulai diskusi seni rupa, Sardin and friends menghibur dengan musik akustik yang dihadiri oleh sejumlah mahasiswa, dosen dan tokoh seniman lainnya. Acara ini akan dihelat selama empat hari sejak 04-07 Januari 2023.

“Ini pertama kali diadakan oleh mahasiswa. Lewat pameran dan diskusi seni rupa hari ini adalah pembelajaran bagi kita, tentunya mahasiswa STIKIP PGRI Banjarmasin. Mungkin dipandangan kawan-kawan masih abstrak ihwal pameran seperti ini, dan jika kita melihat di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) itu satu semesternya, ada lima kali pameran,” ucap Founder Art Series Team, Badri Hurmansyah kepada Asyikasyik.com, Kamis (5/1/2023).

Tahun 2019, Badri mengingat pada mata kuliahnya mengadakan sebuah pameran. Kala itu, dia menyebut karya seni rupanya laku hingga tembus 10 Juta.

“Dulu saya ditahun 2019. Ketika ujian mata kuliah mengadakan sebuah pameran dan ternyata laku, sungguh luar biasa yang beli bukan pengusaha tetapi mahasiswa,” cerita Badri, memotivasi kepada mahasiswa STIKIP PGRI yang berhadir.

Langkah awal ini, menurut Badri bahwa membangun pengalaman mahasiswa ketika melakukan pameran. Berjalan 1/2 tahun kemudian, dia merasa bakal mengalami peningkatan yang baik, terlebih pengetahuan dan pemahaman karya seni rupa. “Saya mengikuti persiapan pameran ini. Bagaimana panitia menyusun dan menyiapkannya selama 1 minggu, sehingga dapat berlangsung kegiatan ini,” ujarnya.

Ke depan, Badri menginginkan agar mahasiswa STIKIP PGRI Banjarmasin dapat mengembangkan sebuah gagasan dalam karya seni rupa. Sehingga, menurutnya kesiapan dalam menyelenggarakan sebuah pameran jadi matang.

Adapun materi pengantar seni rupa disampaikan langsung oleh narasumber kedua, yakni Hajriansyah selaku Ketua Dewan Kesenian Banjarmasin. Dalam momentum itu, dia menyampaikan bahwa karya seni rupa tak sekadar sebuah teori saja, tetapi bagaimana praktek dalam memoles tiga unsur yaitu garis, bidang dan warna.

Diskusi bersama Hajriansyah dan Badri Hurmansyah

“Pengertian-pengertian itu mudah sekali kita temukan di internet. Tetapi yang tidak bisa dimiliki, adalah pengalaman semacam ini,” ungkap Hajri.

Tentu tantangannya, menurut Hajri bahwa bagaimana seorang seniman itu mampu mengolah sebuah karya menjadi bernilai. Dalam hal ini, baginya perlu pelajaran khusus agar memahami karya seni rupa, serta bagaimana mengapresiasinya. “Lukisan itu tidak hanya dilihat seberapa mirip atau tidaknya, tetapi bagaimana memoles tiga unsur itu,” jelas dia.

Hajri menjelaskan, seniman itu ada yang memoles tiap sapuannya dengan kasar dan halus, tergantung bagaimana keselarasan garis dan ekspresinya. Belum lagi, kata dia, komposisi warna yang dibangunnya ke dalam karya seni rupa.

Oleh karena itu, menurut Hajri bahwa mengapresiasi karya seni rupa itu harus menilik lebih jauh dalam pemahaman tertentu. Sebab, menurutnya ada gagasan seniman di dalam sebuah karyanya tersendiri yang tak dapat dibuat oleh orang lain.

“Karya seni rupa itu selalu ada kejutan-kejutan artistik. Selalu berbeda dari karya lainnya, tidak bakal sama walau dibuat berkali-kali. Maka sebab itulah sebuah karya lukisan dibeli mahal, karena ada gagasan dan ide perupa di dalamnya,” pungkasnya.@