AsyikAsyik.Com – “Ustadz Abdul Somad atau yang akrab disapa UAS bertandang ke Banjarbaru pada hari Rabu 15 Agustus 2018. Sebagian masyarakat muslim menyambut riang gembira, gegap gempita, penuh suka cita, dan niat yang baik-baik saja.”
Kita sebagai masyarakat biasa nyantai dan asyik-asyik saja. Tidak terlalu wah gimanaaa gitu! Apalagi masyarakat di Tanah Banjar mayoritas muslim yang cenderung memuliakan para ulama-ulama aswaja. Dan lagi, sebagian besar tidak ada kesibukan di sore hari, kan. Baik para pedagang, guru, ASN, mau pun pengangguran. Tinggal buletin kalender, siapin pakaian bersih dari noda-noda batin, dan datang ba’da ashar. Di baliho-baliho yang tertulis pukul 16.00, ya. Agak sore memang. Tapi cukuplah untuk mendengarkan tausyiah-tausyiah hingga berakhir sebelum petang.
Ada yang fanatik, ada juga yang biasa-biasa saja. Apalagi saya yang cenderung menghindari keramaian, kecuali memang ada keperluan. Nyalain aplikasi driver online, misalnya.
Banjarbaru saya kira beruntung memunyai Lapangan Murjani yang multifungsi. Tak hanya rutin dipakai buat trek kebut-kebutan anak muda sok-sok’an gaya Valentino Rossi, konser-konser musik kaum urbanisasi, sampai pameran-pameran pemerintahan yang dari tahun jualannya seputar tahu isi. That’s, it. Terkhusus sebagai sirkuit dadakan, banyak menuai kontroversi dan penolakan, tapi sampai sekarang gak pernah ada kejelasan tindakan. Nyentil dikit! ^_^
But, dewasa ini Pemerintah Kota tampak melek sekali dengan religiusitas.
Sebelum pembahasan saya sampai ke persoalan persiapan kedatangan UAS, mari menengok riwayatnya. Kota ini sudah menggelar kedatangan Habib Syekh dengan shalawatannya, TGB juga sudah bertausyiah. Ada lagi program Salat Subuh Berjamaah bersama ustadz kenamaan di Masjid Al Munawarah diimamin imam masjid Birrulwalidain Makkah Al Mukaramah asli Urang Kandangan, dan para Habaib Hadramaut yang begitu berat bagi saya untuk turut serta karena iman setipis kulit bawang, disayat-sayat makin tipis. Meski tetap ada usaha dan ikhtiarnya. “Ya Tuhan, maka wajarlah hadiah surga bagi mereka yang istiqomah subuh berjamaah berserta sunah-sunahnya.”
Dan Rabu besok, Ustadz Abdul Somad yang sedang berada di puncak popularitas didatangkan serta disandingkan di antara mereka para kebanggaan banua yang sudah saya sebutkan di atas. Betapa tidak menegangkan, pasca ijtima ulama yang memasangkan UAS dengan Capres dari Gerindra, pengamanan dan pengawalan UAS layaknya Paspamwapres. Udah kayak pejabat RI ring satu gitu, bro!
Jauh sebelum ketentuan menjelma baliho-baliho di pinggiran jalan, panitia pelaksana sudah lobi sekuat tenaga dari jauh-jauh hari, lho. Kedatangan UAS juga sudah didengungkan pada pertengahan Maret lalu. Tapi gagal lantaran jadwal UAS yang tak bisa disusupi. Sebagaimana pernyataan UAS pasca 200 list nama pendakwah rekomendasi Menteri Agama, UAS full booked sampai 2020.
Belajar dari kasus kegagalan silam, lobi semakin giat dilancarkan sampai diputuskanlah waktu bertandangnya di Tanah Banjar. Sekaligus di beberapa titik lain yaitu Majelis Taklim Al Ahmadi di Jalan A Yani Km 11, Kompleks Pesona Modern, dilanjutkan keesokan harinya ke Majelis Taklim Nurul Muhibbin, Barabai.
Di belakang panggung, ada panitia yang tergopoh-gopoh menyiapkan keamanan. Sound sistem yang mumpuni untuk ribuan jamaah yang bergelut peluh di Lapangan Murjani. Tenda-tenda darurat BPBD bahkan ambulance-ambulance mini. Berapa dana yang dikeluarkan sudah tak lagi terhitung dan dipersoalkan. Yang terpenting, kedatangan UAS bisa menjadi oase di tengah padang tandus, kerinduan para ukhti dan akhwat jamaah fesbukiah dan yutubiah UAS bisa bertatap langsung dengan sang Idola. Lha, kenapa tidak! Berat lho mengurus protokoler semua itu.
Saya melihat ketua pelaksana yang kelelahan mengkoordinasikan itu semua. Hate di tangan, rojer sana-sini, telepon sini-situ. Sampai-sampai berucap, “Apa lagi yang mesti dipastikan, nih! Sound, panggung, pendampingan, transport, konsumsi, penginapan, keamanan, militer, bla-bla-bla.” Betapa pusingnya saya mencernanya.
Atas kegigihan dari pelaksana inilah, para jamaah yang berhadir diharapkan tidak aneh-aneh. Maksudnya, wong ini acara dakwah, ya gak usah lah, ya! plis! pakai bendera-bendera tagar ganti presiden apa lagi simbol-simbol kelompok bela-bela yang belakangan ini tersebar di media sosial. Saya mencium bau klaim-klaim sepihak seolah kedatangan UAS di Tanah Banjar ini hasil kerjaan mereka. Nol.
Dear para jamaah yang budiman…
Saya mengajak Anda semua untuk hadir dalam koridor keislaman yang hakiki karena keutamaan ilmu dan penghormatan kepada ulama. Tak elok rasanya jika harus ada tunggangan kepentingan teriak-teriak gak keruan seperti urusan perpolitikan yang semakin malam semakin membuat netizen termuntah-muntah melihat beranda.
Jika beruntung, Anda tidak akan mendapati saya di tengah lapangan. Tapi jika tidak beruntung, Anda akan mendapati saya di balik setir kemudi untuk mengantarkan Anda ke rumah membawa cahaya penuh berkah.@