FESTIVAL Puisi Wabul Sawi, berlangsung tiga hari (11,12,13 Okt 2024), melibatkan 50 peserta perempuan muda dari banua anam (enam kabupaten di wilayah hulu sungai Kalsel) bertempat di resort Meratus, Loksado, Hulu Sungai Selatan (HSS).
Kegiatan yang digelar komunitas Akademi Bangku Panjang Mingguraya (ABPM) Banjarbaru, program Banpem Kemendikdubristek RI, ini dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan HSS Akhmad Supian.
“Kami menyambut baik festival ini. Terima kasih telah memilih Loksado sebagai tempat kegiatan. Semoga berlangsung lancar, dan nantinya lahir para penulis hebat dari sini,” ujar Akhmad Supian.
Festival Puisi Wabul Sawi ini cukup menarik dan inovatif. Para peserta diberikan bekal materi pengetahuan sembari juga menulis di alam terbuka tepian Sungai Amandit, pegunungan Meratus.
Ada lima pemateri yang dihadirkan. Dari kalangan akademi dan praktisi yakni Setia Budhi dan Hatmiati Mas’ud. Sedangkan narasumber lokal di wilayah hulu sungai yakni Rasuna, Nove Arisandi, Benyamin Uhil, serta Ibnu Iberahim dan Misnawati yang memberikan pengetahuan seperti anyaman simpai, petani kayumanis, madu, juga pengetahuan tentang flora seperti bunga anggrek.

Dengan pembekalan selama dua hari, para peserta yang seluruhnya perempuan itu kemudian membuat puisi bertema ekofeminisme untuk dinilai tim juri. Ke-50 peserta itu sebelumnya terpilih dari hasil kurasi karya puisi yang dikirimkan kepada panitia festival.
Konsep festival puisi di alam terbuka dan para peserta menulis langsung di sana, memberi kesegaran bagaimana melihat dan merasakan langsung desir angin, riak arus air di bebatuan, atau mentakzimi daun serta kapuk yang jatuh dari ketinggian pohon, melayang hingga akhirnya melarut dibawa aliran sungai.
“Menulis puisi tidak sekadar ungkapan perasaan, namun juga harus ada pengetahuan, agar puisi yang diolah tidak menyesatkan dan menjadi lebih bermakna,” papar HE Benyamin, Direktur Akademi Bangku Panjang Mingguraya Banjarbaru di lokasi acara.
Bang Ben, begitu panggilannya, juga menjelaskan arti Wabul Sawi yang merupakan akronim dari ‘wani baidabul sanggup manggawi’. “Semboyan berbahasa Banjar bermakna tekad kuat itu dicetuskan Jafri Zamzam, tokoh asal Kandangan, saat berupaya mewujudkan Banjarbaru sebagai sebuah Kota,” terangnya.
Ben mengaku terkesan dengan antusias peserta yang didominasi pelajar tingkat SMA dan guru ini. “Mereka tampak gembira mengikuti semua tahapan kegiatan. Mulai dari menyimak materi yang diberikan, hingga menulis puisi di tempat. Mereka ada yang menulis di tepi sungai, di bawah pohon, atau di mana saja mereka suka di sekitar lokasi kegiatan,” ujar pria berkacamata ini.

Setelah hampir tiga jam menulis, puisi-puisi peserta diserahkan kepada panitia untuk diberikan kepada dewan juri yang terdiri dari Hudan Nur, Sandi Firly, dan Zalyan Abdi.
“Mengejutkan. Karya-karya peserta cukup banyak yang bagus. Mungkin ini lantaran pemberian materi yang cukup baik, terutama isu ekofeminisme yang kuat pada karya peserta,” ujar Hudan Nur.
Hal serupa juga disampaikan Sandi dan Zalyan. Menurut keduanya, karya peserta memberikan suara yang beragam mengenai lingkungan dan perempuan. “Mereka memiliki bekal pengetahuan sehingga mampu menghasilkan karya yang kuat. Akan sangat baik bila karya mereka dibukukan,” ucap Zalyan.
Pada hari terakhir, 13 Oktober, sebelum diumumkan para juara, terlebih dulu diisi dengan beragam tampilan seni budaya seperti madihin, musikalisasi dan pembacaan puisi, serta drama yang melibatkan anak-anak SD.

Atas pelaksanaan semua rangkaian kegiatan itu, Itmam Jalbi dari Pusbanglin Badan Bahasa Kemendikbudristek RI memberikan apresiasi dan pujian kepada Akademi Bangku Panjang Mingguraya selaku komunitas pelaksana penerima Banpem. Turut mendampingi juga, Indrawati dari Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan.
“Pelaksanaan kegiatan di alam terbuka Loksado ini sungguh memberikan suasana yang baru. Acaranya berjalan dengan baik disertai penampilan seni yang menarik, saya kira patut dikatakan sukses dan layak diapresiasi,” ucapnya.
Tak hanya itu, terpikat dengan alam Loksado, Itmam juga menyatakan telah merencanakan nantinya akan mengajukan proposal untuk kunjungan ke Loksado. “Semoga bisa terlaksana, kunjungan seratus orang, mungkin nanti saat sungai sudah pasang pada awal tahun depan,” ujarnya yang disambut tepuk tangan peserta.
Puncak festival dihadiri 200 orang, karena hadirnya sejumlah perwakilan sekolah, masyarakat setempat, dan komunitas terdekat. Sementara Pjs Bupati HSS diwakili oleh Roni Rusnadi SH, M.IP., Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik Setda HSS.

Kesuksesan Festival Puisi Wabul Sawi ini tak terlepas dari kesolidan tim panitia yang diketuai Bumi Ibrahim beserta tim: Dwitya Amanda, Kin Muhammad, Khalifaturridho, Diang Anggrek, Mika August, Okky Pratomo, dan Haji Midi.
Adapun para juara lomba puisi Festival Puisi Wabul Sawi, Juara Pertama: Nurul Hikmah dengan puisi “Kau Membaca sebagai Apa?”, dengan hadiah Rp2 juta. Juara Dua: Nurul Hidayah puisinya “Perempuan Sederhana Pemilik Alam Surga”, hadiah Rp1,5 juta. Juara Tiga: Hafidzah puisinya ” Telinga Kukila” hadiah Rp1 juta. Harapan Satu: Rabiatul Adawiyah dengan puisi “Simpul-Simpul Hutan”, hadiah Rp850 ribu, dan Harapan Dua: Nada Kamilah puisinya ” Tanah Hawa”, hadiah Rp750 ribu. Masing-masing juga diberikan piala. Dan seluruh peserta juga mendapatkan sertifikat.@