TADARUS PUISI dan Silaturahmi Sastra yang menjadi agenda tahunan kota berjuluk idaman kembali dihelat pada 8-9 April 2023 di halaman Disporabudpar Banjarbaru. Kenduri sastra ke-17 itu bakal dihadiri sastrawan dan seniman se-Kalimantan Selatan.
Menilik masa lalu Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra yang digelar pertama kali, 7 November 2004 silam rasanya ada yang terlewatkan. Khususnya eksekutor kegiatan tersebut yang namanya jarang disebut. Padahal tanpa eksekutor lapangan, Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra terkesan rompang.
Adalah Andri Alfianoor atau yang dikenal lebih dekat dengan Aan Alfianoor dan Harie Insani Putra, eksekutor yang namanya abai dikenang. Padahal peran mereka berdua dalam suksesi sekaligus tonggak Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra di Banjarbaru berperan aktif.
Istilah Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra telah ada sejak 2004 (kliping di atas memuat backdrop yang dibuat handmade oleh Aan Alfianoor)
Dihubungi lewat whatsapp, Kadisporabudpar A. Yani Makkie menyambut baik kegiatan Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra ke-17 yang tahun ini memaktub tema “Membaca Kota dalam Puisi”. Hal tersebut disinergikan dengan penetapan Kota Banjarbaru sebagai Ibu Kota Kalimantan Selatan.
“Alhamdulillah Tadarus puisi dan silaturrahmi sastra tahun ini kembali kami gelar setelah lebih dari satu dekade, perjalanan panjang sempat diam membisu sejak 3 tahun terakhir ini disebabkan serbuan pandemi covid-19,” ungkap A. Yani Makkie, sekaligus Ketua Harian Dewan Kesenian Daerah Kota Banjarbaru kepada asyikasyik.com
Pelaksanaan Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra sepenuhnya dikerjakan oleh Dewan Kesenian Kota Banjarbaru didukung penuh oleh Pemerintah Kota Banjarbaru melalui Disporabudpar.
Sementara itu, Ali Syamsudin Arsi mengungkapkan bahwa kegiatan tahun ini bakal berbeda dengan konsep yang lama.
“Kita akan melaksanakan Tadarus Puisi dengan nuansa yang lama dan konsep baru, seperti tahun-tahun sebelumnya pada 2004, 2005 dan 2006. Dan Tadarus Puisi, bukan hanya pentas panggung tetapi ada muatan sastra yang kuat,” jelasnya kepada asyikasyik.com di Markas Kindai Seni Kreatif.
Konsep itu, Ali Arsi menerangkan bahwa nuansa itu mengembalikan marwah Tadarus Puisi yang sederhana, namun penuh pesan kesusastraan yang tertuang di dalam kegiatannya. Tentunya, dia menyebut banyak ragam materi yang disajikan pada acara tersebut.
“Misalnya ada orasi, dialog dan sebagainya. Itu penting, apa yang mau disampaikan dalam Tadarus Puisi harus bersahaja dan khidmat,” ungkap Ali Arsi.
Bagi Ali Arsi, tak sekadar berjejal dalam acara Tadarus Puisi yang menyiratkan jauh dari aspek sastranya, namun bagaimana keriuhan itu dapat menyingkap nilai dari Tadarus Puisi. Sehingga, dia mendorong untuk penyelenggara agar memperhatikan pesan sastranya, layaknya tema yang diusung: Membaca Kota dalam Puisi.
“Sebenarnya itu bagaimana menggugah warga kota, pengelola sampai pimpinan yang terlibat. Bahwa apa sih, pandangan dan kedudukannya mereka terhadap sastra, terlebih puisi. Jadi lebih spesifik lagi,” ungkap dia.
Kemudian, Ali Arsi menyebut peran puisi juga perlu ditonjolkan dalam agenda TPSS ke-17, sehingga menciptakan warna tersendiri untuk masyarakat yang menikmati kegiatan tersebut. Dia pun mengenang yang dahulu bahwa Tadarus Puisi dapat menyiratkan pesan tersendiri kepada khalayak umum.
KILAS BALIK TADARUS PUISI DAN SILATURAHMI SASTRA
Secara singkat, Ali Arsi bercerita sejarah Tadarus Puisi dipelopori oleh Ogi Fajar Nuzuli (Dewan Kesenian Banjarbaru, 2012-2017) yang didukung oleh Dewa Pahuluan dan rekan seniman lainnya.
“Saat itu aku ditelpon oleh Bang Ogi, menawarkan untuk kegiatan sastra apa di Banjarbaru? Kemudian kami bersepakat untuk mengonsep, dan diserahkannya ke kami selaku seniman,” katanya.