SALAH satu festival sastra terbesar di Asia Tenggara, Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2025 baru saja berakhir—berlangsung 29 Oktober – 2 November 2025. UWRF yang diselenggarkaan Yayasan Mudra Swari Saraswati adalah festival yang banyak menjadi tujuan para penulis untuk bisa berhadir, terlebih terpilih sebagai Emerging Writers, yakni penulis-penulis yang mendapatkan undangan berdasarkan kurasi karya yang dikirimkan.
Pada UWRF Tahun 2025, penulis yang lolos kurasi sebagai Emerging Writers yakni Alief El-Ichwan (Bandung, Jawa Barat), Annisa Ivana (Jakarta), Charlotte Diana (Semarang, Jawa Tengah), Kukuh Yudha Karnanta (Surabaya, Jawa Timur) sampai Ridwan Malik (Garut, Jawa Barat), Rie Arshaka (Kab Banjar, Kalimantan Selatan), Robbyan Abel Ramdhon (Mataram, Nusa Tenggara Barat), Rosul Jaya Raya (Bangkalan, Jawa Timur), Udiarti (Sragen, Jawa Tengah), dan Wawan Kurniawan (Makassar, Sulawesi Selatan).
Mereka terpilih setelah tim kurasi memeriksa dan membaca 647 cerpen yang dikirimkan ke UWRF 2025. Adapun tim kurator terdiri dari Ni Made Purnama Sari, Shinta Febriany, dan Ratih Kumala. Sepuluh karya Emerging Writers dibukukan dengan judul Stories from the Islands dan diluncurkan pada kegiatan UWRF, Sabtu (1/11/2025) malam, di pusat kegiatan yakni Taman Baca di Ubud.
UWRF 2025 mengangkat tema “Aham Brahmasmi: I Am the Universe” yang bermakna reflektif tentang kesatuan mendalam antara manusia dan alam semesta, serta membahas tantangan besar masa kini.
Sejak mulai diselenggarkaan pada 2004, sistem seleksi Emerging Writers UWRF mengalami beberapa kali perubahan bentuk karya yang dikirim. Sebelumnya pernah karya yang dikirimkan berupa buku; kumpulan cerpen, puisi, esai, naskah drama, dan novel. Namun pada 2025, seleksi hanya dikhususkan untuk karya cerpen.
Dan pada UWRF 2026 nanti, kemungkinan juga akan terjadi perubahan seleksi karya.

Gustra Adnyana, Head of Programing UWRF mengatakan, untuk seleksi Emerging Writers tahun 2026 direncanakan tidak hanya menyeleksi karya cerpen seperti tahun 2025.
“Selain cerpen, kami telah membicakan kemungkinan akan dilakukan juga seleksi untuk karya puisi. Dengan begitu, jumlah Emerging Writers-nya pun akan bertambah, menjadi 20 orang. Sepuluh untuk karya cerpen, dan sepuluh karya puisi,” jelas Gustra dalam perbincangan dengan Sandi Firly dan Bumi B. Ibra dari Wabu Sawi Festival (Banjarbaru), pada malam penutupan UWRF 2025 di Ubud, Sabtu (1/11/2028) malam.
Keinginan menambah jumlah Emerging Writers menjadi 20 penulis itu, menurut Gustra yang didampingi Erma (finance UWRF), disampaikan langsung oleh Pendiri dan Direktur Festival UWRF, Janet De Neefe.
“Ibu Janet berkeinginan agar jumlah Emerging Writers ditambah. Jadi, selain seleksi cerpen, pada UWRF 2026 nanti kami kemungkinan akan membuka seleksi juga untuk karya puisi,” ucap Gustra, yang telah berkegiatan di UWRF sejak 2008 ini.
Kehadiran Sandi Firly dan Bumi B. Ibra dari Wabu Sawi Festival (Banjarbaru) ke UWRF 2025 sendiri adalah sebagai undangan untuk kolaborasi tata kelola dan manajemen festival. Selain Supervisor Wabul Sawi Festival, Sandi Firly juga merupakan Emerging Writers UWRF tahun 2011.
“Kami hadir di UWRF dalam upaya kolaboratif sekaligus belajar. Dari pembicaraan dengan Gustra, ada kemungkinan juga akan digelar Satelite Event UWRF di Banjarbaru pada 2026 nanti,” kata Sandi.
Mengenai akan ditambahnya jumlah Emerging Writes pada UWRF 2026, menurut Sandi itu hal yang sangat baik. “Dengan direncanakan dibuka juga seleksi untuk karya puisi pada UWRF 2026, sudah pasti akan mengundang lebih banyak lagi peserta mengirimkan karya untuk diseleksi. Dan jumlah emerging-nya pun akan bertambah pula,” ucap Sandi. “Semoga saja,” tandasnya.@



























