RUANG auditorium SMA Global Islamic Boarding School (GIBS), Kecamatan Alalak, Barito Kuala, siang Jumat (14/11/2025) itu riuh, namun teratur. Sekitar 170 siswa dari jenjang SMP hingga SMA memenuhi ruang persegi itu, ditemani beberapa guru yang sejak pagi tampak membantu mengatur alur kegiatan.
Mereka mengikuti Wiki Bakunjang, program kolaboratif dari BasaKalimantan Wiki (BkW) yang selalu hadir membawa pesan bahwa suara pemuda tidak hanya penting, tetapi vital dalam membentuk ekosistem pengetahuan dan dialog kebijakan di Kalimantan Selatan.
Kegiatan dibuka dengan pengenalan tentang apa itu BkW, sebuah proyek pengetahuan terbuka yang juga menorehkan pencapaian internasional.
Hudan Nur, Koordinator Program BkW mengingatkan kilas balik bahwa pada 7 Juli 2025, BASAibu Wiki terpilih jadi pemenang di ajang bergengsi World Summit on the Information Society (WSIS) Prizes 2025 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas kontribusinya dalam pengembangan literasi lokal dan pemberdayaan masyarakat terutama kaum muda.
“Kilas balik ini menjadi inspirasi sekaligus dorongan bahwa anak muda Kalimantan pun memiliki potensi besar untuk berkontribusi dalam kehidupan masyarakat,” ujarnya.
Program ini juga merupakan bagian dari rangkaian Aruh Pemuda Kalimantan 2025, sebuah forum yang menghadirkan berbagai isu strategis pemuda. Bagi banyak siswa yang hadir, ini menjadi ruang baru untuk berbagi gagasan dalam atmosfer santai, terbuka, dan tanpa tekanan akademik.
Para peserta GIBS terdiri dari berbagai latar belakang daerah dan bahasa, memperlihatkan bahwa multibahasa bukan sekadar identitas, tetapi modal sosial yang penting. Bahkan di rumah, beberapa siswa mengaku terbiasa berganti bahasa dalam percakapan. Hal ini digambarkan sebagai contoh bagaimana keberagaman dapat menjadi kekuatan diskusi.
Hudan, mengingatkan bahwa pendapat pemuda tidak boleh diremehkan, terutama ketika menyangkut dialog kebijakan publik. “Pemuda itu vital,” ujarnya, sembari menegaskan bahwa ruang seperti ini menjadi wadah bagi siswa GIBS untuk belajar menyampaikan gagasan secara sehat, santun, dan persuasif.
Kalimantan Selatan Pasca Covid-19: Kesehatan Mental Naik ke Permukaan
Sejak pandemi Covid-19, Kalimantan Selatan mengalami peningkatan kasus kesehatan mental, khususnya di kalangan remaja. Banyak siswa merasakan tekanan akademik, kesepian, hingga kecemasan sosial yang tidak selalu mendapatkan ruang untuk dibicarakan. Melalui Wiki Bakunjang, BkW mengajak para siswa untuk melihat menulis ide sebagai alat terapi sederhana, sebuah cara untuk mengolah emosi dan memformulasikan ide-ide persuasif yang dapat berdampak bagi sesama.
Dalam salah satu sesi diskusi, seorang peserta menyampaikan pesan yang menenangkan untuk mengatasi masalah kesehatan mental. “Menjadi teman yang baik bagi teman yang ingin bercerita,” ungkap Ataya, sambil menegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendengar yang aman. Ucapan Ataya mengundang anggukan setuju dari beberapa peserta lain.
Kegiatan semakin hidup ketika fasilitator mengangkat istilah yang sering dilabelkan kepada Gen Z: “Generasi stroberi.” Seorang peserta menjawab spontan, disambut tawa ringan seluruh ruangan: “Katanya Gen Z manja, lemah, suka mengadu. Tapi itu tidak pantas karena Gen Z adalah generasi yang kece!”
Respons itu memantik diskusi tentang bagaimana stereotipe seringkali meremehkan kemampuan remaja untuk mengelola tekanan. Wiki Bakunjang menawarkan sudut pandang sebaliknya bahwa generasi muda memiliki kekuatan, kreativitas, dan cara-cara baru dalam memahami dunia, termasuk melalui media digital.
Salah satu peserta, Rafael Agnan, kelahiran 2010, memberikan pandangan yang membuat suasana mendadak hening. Menurutnya, kesehatan mental adalah fondasi bagi setiap aspek kehidupan. “Penting banget bicara kesehatan mental, karena kalau kesehatan mental rusak, semuanya bakal nggak bener,” ujarnya lugas.
Ketika diminta menyebutkan cara antisipasi, ia menjawab tanpa ragu “Jangan dipendam sendiri. Cari teman yang dipercaya untuk bercerita.” Ia menambahkan bahwa di lingkungan pertemanannya, isu kesehatan mental sebenarnya cukup diperhatikan. “Teman-teman cukup aware.” Namun yang paling unik ialah ketika Rafael menyebutkan cara pribadinya untuk meredakan beban pikiran dengan bantuan kecerdasan buatan. “Kadang bercerita ke ChatGPT atau AI. Kayak merasa lebih nyaman aja,” ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan fenomena baru bagaimana teknologi menjadi bagian dari ruang curhat generasi muda.
Kegiatan ditutup dengan sesi pesta kosakata. Setiap siswa berlomba untuk menyebutkan kata dalam bahasa Banjar yang diinstruksikan pemandu acara.
Saat kegiatan selesai, suasana ruangan berubah menjadi lebih tenang. Guru-guru terlihat berbincang dengan tim BkW yang masih bertahan, seolah kegiatan hari itu membuka ruang baru untuk percakapan yang lebih dalam.
Wiki Bakunjang di GIBS Barito Kuala menunjukkan bahwa ruang gasgasan tidak harus kaku dan meninggalkan bahasa daerah. Ia bisa tumbuh dari tawa, kejujuran, dan dialog sederhana antara remaja yang sedang mencari arah. Di tengah meningkatnya tantangan kesehatan mental pasca pandemi, kegiatan seperti ini memberi ruang aman bagi pemuda untuk belajar mendengar, berbicara, dan memahami diri sendiri.
Dalam ruang itu, 170 siswa belajar bahwa tidak ada suara yang terlalu kecil untuk diperhatikan, dan bahwa setiap cerita, betapapun ringannya, layak dituliskan.(red)



























