SUATU sore, saya mendiskusikan betapa enaknya salah satu gorengan di dekat kantor kami. Gue termasuk orang yang pilih-pilih banget soal gorengan. Dia haruslah memantaskan diri kepada siapa dirinya akan dibenamkan. Mulai dari perpaduan tangan si pembuat, antara takaran bumbu, ukuran, rasa kriuknya kalau memang renyah. Kelembekannya juga rata-rata. Gak boleh terlalu lembek, tapi gak boleh keras.

Tapi salah seorang teman menyeletuk: “gorengan ya gorengan aja. Gak ada yang istimewa‼️”Oops. No big No! Tentu saja gorengan sangatlah istimewa. Dia menjadi karakter suatu bangsa dan cerminan di wilayah tersebut. Beberapa wilayah, harusnya memunyai seminimalnya satu sajian gorengan terenak yang bisa mewakili wilayahnya. Hukumnya fardhu kifayah.

Gorengan seyogianya memunyai karakter dari sirkelnya masing-masing.

Persona yang mewujudkan kearifan lokal dan struktural yang masif. Dan dia tak boleh tergerus zaman yang serba franchise. Gorengan yang diklaim oleh brand tertentu adalah bentuk nyata dari sebuah pembodohan publik.

Bicara soal rasa. Tentu saja ditentukan berdasarkan sepak terjang terfavorit sejak era Baby Boomers. Kelompoknya juga harus dalam sirkel Absolutely Gorengan. Gak ngadi-ngadi dan model aneh-aneh. Perbenturan budaya keju, taburan ceres, mentega, dan warna-warni hanyalah kosmetik, penghias daya taris dan tipuan yang cepat rontok, meruntuhkan wibawa gorengan sebagai wujud dari wajah kemerdekaan.

  1. BAKWAN

Baik. Untuk tingkatan pertama berdasarkan survei indera pengecap ala-ala Gemini memposisikan: Bakwan di jenis paling favorit utama. Bakwan menjadi gorengan yang paling konsisten mempertahankan keberadaannya. Meski berbagai jenis goreng ala eropa menggerus tiap suduh belokan jalan, bakwa tetap merajai para fans kolesterol yang bersahaja.

Mewujudkan bakwan enak bukan perihal mudah. Banyak langkah-langkah sulit dan becek. Takaran bumbu dan lama penggorengan menjadi penentu apakah ia menjadi bakwan sepagai sajian utama di warung, atau hanya melengkapi sirkelnya saja.

Bakwan enak tidak boleh terlalu lembek. Haram kalau digitit terlalu keras yang membuat gigi cenat-cenut. Bumbu dan aromanya harus menggoda. Dan ia harus bisa berdiri sendiri tanpa adanya petis. Ada atau tidak adanya peris tak menggoyahkan rasa enak yang ada pada diri bakwan.

Nah, jika anda ada di Banjarbaru, berikut adalah titik temu bakwan yang terenak menurut lidah gemini: Pasar Komplek Wengga Kuda, Jl Trikora (pagi), Mama Nadia Jl Abulung, (siang ke sore) dan bundaran Panglima Batur Timur, (siang ke sore) Bibi Samping Ruko-ruko Jl Ro Ulin, bersebarangan Pecel Madiun. (Siang). Di luar waktu itu, biasanya sih, sudah habis.

2. TAHU ISI

Tahu isi berada di posisi kedua. Meski begitu, ia juga menjadi sirkel yang gak boleh dipandang sebelah mata. Sebab ia, tak boleh terlalu menggumpal tersebab terlalu banyak tepung. Sampai-sampai menghilangkan originalitas si tahu.

Membuat belahan untuk memasukkan sejumlah sayuran ke dalam badan tahu adalah perkara rumit. Dia tak boleh terlalu lebar yang menyebabkan isinya menjadi meluber. Tak boleh terlalu sempit sampai-sampai isinya jadi sedikit.

Isiannya juga tak boleh sembarangan. Tahu isi yang isinya cuma toge saja mendapatkan rating terburuk dalam sejarah per-tahu-isi-an duniawi. Beberapa warung di atas sebagian masih menjadi rekomendasi yang enak di Banjarbaru. Yaitu: Pasar Komplek Wengga Kuda, Warung Kemuning Jl Al Zafri, Gorengan RO Ulin. Kalau di Bundaran Panglima Batur Timur tidak worth it. Tahunya kempis, terlalu kering, dan hampir tidak ada isi.

3. PISANG GORENG

Bagi sebagian pecandu oksigen selain gemini, mungkin harusnya pisang ada di posisi teratas, tapi gak wajib. Hukumnya mubah. Bahkan saya sangat jarang menggbungkan ketiganya. Bisa saja tidak ada pisang goreng dalam list belanja.

Pisang goreng terlihat simple dalam pembuatan. Soal rasa juga 89/99 mirip-mirip saja. Tapi memang popularitas pisang kipas di masih belum redup. Saya tak terlalu berekspektasi tinggi dengan pisang goreng. Apa lagi bumbu instannya sudah mudah didapat di ritel-ritel bersaudara. Dan udah enak.

Tapi tetap saja wibawa orisinalitasnya menjadi runtuh saat bercampur dengan keju, sawit, mentega, tembaga, pasir, dan lain. Sementara untuk pisang goreng saya tak ada rekomendasi wilayah enak, mungkin teman-teman lain punya saran dan review tentang pisang goreng?@