TUBUH perempuan itu hanya mengenakan kutang dan celana dalam. Bergelambir di sana-sini. Warnanya seperti kepiting rebus, merah, ungu dan pink muda.

Dua lukisan memperlihatkan lekuk tubuh tampak belakang itu diberi judul “Sisi Indah”, dan yang tampak samping “Sempurna”.

Ini adalah karya yang kuabadikan dari diriku sendiri. Sering dianggap berbeda karena memiliki bentuk tubuh yang berbeda, kenapa harus selalu diejek? / Sisi indah dari seorang wanita, tidak harus sempurna biar terlihat cantik dan memukau. Semoga kamu bisa melihatnya dengan mata dan hati yang tulus.

Begitu catatan Gadis Mahendra, sang pelukis dua tubuh itu di dalam buku katalog “Cerita Rasa” (Pameran Karya Perupa Perempuan) yang mulai dibuka Rabu (25/9/2024) di Kopi Kala, Banjarbaru.

Lewat lukisan itu, Gadis seakan ingin menyatakan kepada orang-orang bahwa setiap tubuh, bagaimanapun bentuknya, adalah sempurna dan punya sisi indahnya masing-masing.

Setiap manusia memiliki daya tariknya tersendiri.— tutup Gadis dalam keterangan lukisannya.

Keberanian Gadis dalam mengekspresikan dirinya dalam bentuk rupa itu, barangkali bisa menjadi semacam pelepasan luapan emosi– yang juga terlihat dari pilihan warnanya yang menonjol, terang dan padat.

Gadis adalah satu dari 14 perupa perempuan dalam pameran seni rupa Cerita Rasa yang digelar Melati Yusuf, penerima Fasilitas Pemajuan Kebudayaan 2024 dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Sejumlah perupa lainnya yang turut berpameran di antaranya Nabila, Kiki, Siti Amanah, Rima, Lisda Karmila, Nashwa, Cindyta, Felisha, Maulidah, Rinawati, Jweeyn, Devi, dan Melati sendiri yang sejauh ini telah cukup banyak terlibat berpameran dan melakukan workshop melukis bersama komunitasnya.

“Saya senang dan bangga dengan perkembangan teman-teman perempuan dalam berkarya maupun keikutsertaan mereka dalam event seni rupa,” ujar Melati saat pembukaan pameran.

Melati Yusuf di ruang pameran “Cerita Rasa”.

Dan kehadiran pameran “Cerita Rasa” ini menunjukkan bahwa pelukis perempuan Kalsel juga mampu menampilkan eksistensi mereka. Yang terpenting, menjadi sebuah cerita tentang apa yang mereka rasakan, yang mereka wujudkan dalam bentuk karya.

Facebook Comments