MERAWAT bahasa daerah di era mutakhir perlu diupayakan lewat pendigitalisasian bahasa lokal di Indonesia agar potensi punah dapat dicegah. Sejak 2014 Yayasan BASAibu Wiki merintis BASAbali Wiki, disusul BASAsulsel Wiki tahun 2021. Organisasi ini mendorong kaum muda untuk menyuarakan pendapat melalui platform digital dalam bahasa ibu atau bahasa asli daerah.
Pada 2024 BASAibu Wiki memilih tiga bahasa untuk proses pendigitalisasian yakni bahasa Bali, bahasa Makassar, dan bahasa Banjar. Dua diantaranya sudah jalan dan terus berproses, sementara Bahasa Banjar baru memulai.
Peluncuran Kamus Digital Bahasa Makassar dalam platform BASAsulsel Wiki dan Kamus Digital Bahasa Banjar dalam platform BASAkalimantan Wiki, di Jakarta, (7/3) didukung penuh oleh Kedutaan Amerika Serikat, melalui U.S. Ambassadors Fund for Cultural Preservation (AFCP), bekerja sama dengan Rumata’ Arts Space di Sulawesi Selatan dan Akademi Bangku Panjang Mingguraya (ABPM), serta Sanggar Belajar Mahabbatun Nabi Barambai di Kalimantan Selatan.
peluncuran basa kalimantan wiki dan kamus digital basasulsel wiki di @america
Peluncuran ini dikemas secara hybrid di@america Pasific Place Mall Lantai 3#325 Jl. Jendra Sudirman, Jakarta dengan diskusi tentang bahasa daerah oleh Narasumber Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum (BASAibu Wiki), Riri Riza (Rumata’ Arts Space), Hudan Nur (BASAkalimantan Wiki), Ita Ibnu (BASAsulsel Wiki), dan Putu Eka Guna Yasa (BASAbali Wiki). Selain itu digelar secara paralel lomba Wikithon (Wiki Marathon) tema Bahasa Sulsel di Gowa dan hadirin di Jakarta dan penampilan special Rap dari Jflow yang membuat sebait lagu dari sejumlah kata yang disumbangkan audiens secara spontan.
Pegiat literasi dan anggota Perhimpunan Penulis Indonesia “ALINEA”, Hudan Nur menyebut BASAkalimantan Wiki adalah terobosan mutakhir untuk memasyarakatkan bahasa Banjar dengan pelibatan partisipasi publik dengan pendigitalisasian kamus berbasis wiki.
“Dalam dua tahun ke depan, setelah diluncurkan di Jakarta BASAkalimantan Wiki akan banyak sekali melakukan aktivitas terkait penelitian berjenjang untuk pembuatan kamus digital Bahasa Banjar yang akan ditangani oleh tim Ibu Muslimah, Pa Mumus, dan Wayan Sudare. Sementara untuk Wikithon akan banyak digarap bareng anak-anak muda di Banjarbaru,” ujar Hudan.
Pemilihan Bahasa Banjar dalam program ini di pulau Kalimantan telah melalui proses dan pertimbangan yang sangat matang oleh Yayasan BASAibu, terlebih di Kalimantan banyak penutur yang menggunakan bahasa Banjar dalam percakapan.
“Secara nyata di kehidupan masyarakat Kalimantan, bahasa Banjar telah menjadi “lingua franca”, bahasa penghubung antara Banjar dan Dayak,” papar Hudan.
Pada kesempatan itu turut hadir plt. Dinas Pendidikan Kabupaten Kuala, Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru beserta Kabid Kearsipan, Direktur Akademi Bangku Panjang Mingguraya, serta Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan.
Mangara Siagian (Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan) sangat mendukung upaya pendigitalisasian Bahasa Banjar lewat pangkalan data awal yang dimiliki oleh instansinya.
Mangara Siagian (memegang pelantang suara) Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan memberikan dukungan penuh untuk BASAkaliamantan Wiki
“Kami siap bermitra dengan BASAkalimantan Wiki untuk inisiasi baik ini, sehingga program Balai Bahasa lewat revitalisasi bahasa lokal benar-benar bisa dilakukan secara masif,” ungkap Mangara Siagian selaku Kepala Subbagian Umum Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan.
Mengacu pada data yang dikutip Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Budaya Indonesia Indonesia sendiri disebutkan, di Indonesia sendiri ada 718 bahasa asli daerah. Dari jumlah itu, hampir 90 persen berada di wilayah timur Indonesia: 428 di Papua, 80 di Maluku, dan 72 di Nusa Tenggara Timur, dan 62 di Sulawesi. Namun demikian dari hasil pemetaan yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2021), ternyata ada delapan bahasa ibu di Indonesia kategorinya telah punah, lima bahasa kritis, 24 bahasa terancam punah, 12 bahasa mengalami kemunduran, 24 bahasa dalam kondisi rentah (stabil tetapi terancama punah), dan 21 bahasa lainnya berstatus aman.