LULLABY
I
Aku berjalan di tepi 23 Mei 1997
Berhenti sejenak di pinggiran sungai Kuin
Yang memantulkan cakrawala kemerahan
Angin berhembus lirih
Dan kembang melati berjatuhan
Di sepanjang galur memutih
Aku hendak mencari saudaraku
Di balik puing gereja
Atau di antara manekin hitam
Pertokoan yang hangus terbakar
Di jalan, orang-orang merayakan tuhan
Pemilihan, kekuasaan, dan kematian
II
Aku berada di tepi 23 Mei 1997
Dengan patahan salib di tangan
Yang bermetamorfosis menjadi rindu
Angin berhembus lirih
Dan kembang melati berjatuhan
Di sepanjang galur memutih
Kulihat seorang anak bermain kembang api
Asyik sendiri di perbatasan malam ini
Ia kuhampiri, lalu bersama dalam sunyi
Kita senandungkan lullaby
Banjarmasin, November 2022
BUNGA MEI HWA
Bunga Mei Hwa mekar
di lengan Dewi Kwan Im
Di saat seekor burung merpati
Sedang mematuk cahaya dini hari
Pagi ini adalah kelahiran kembali
Dari kesunyian semalam kota ini
Dan kamu sabda kasih
Yang tumbuh di bawah luka putih
Kau adalah sang putri
Setangkai bunga
Yang memeluk kelopak sendiri
Menyimpan matahari
Yang tak boleh pecah
Sekali pun nyawa sendiri
Kau berserah
Banjarmasin, November 2022
HATI DI UJUNG PARANGSARI
Bunga puspa melati putih
Pertanda diri dari kekasih
Sekarang telah sirna sendiri
di genggaman sang puteri
Jauh di empat arah
Dua saudara terbunuh
Oleh tangan dewata
Dan nubuat niscaya semesta
Lambung Mangkurat perih
Telah memutus kasih
Kasih sedarah seurat
Dan ia tenggelam
Tenggelam dalam luka sukma
Di lubuk Badangsanak hampa
Bunga puspa melati putih
Pertanda diri dari kekasih
Sekarang telah sirna sendiri
di genggaman sang puteri
Senja hari memanggul awan hitam
Bunga layu di pelukan ibunda
Dan rindu mengetam-ngetam
Menghujani hati siapa pun jua
Diambil keris Parangsari
Ditusuk dua jantung yang menanggung
Menyusul dua hati yang tak berpulang
Di ujung puisi, jauh dari dewa dan negeri
Tumbuh bunga melati
Dari segenggam hati rindu sang puteri
Bunga puspa melati putih
Pertanda abadi dari kekasih
Banjarmasin, November 2022