BANGKIT dari suasana pandemi yang menekan giat kreatif adalah langkah sigap yang diambil oleh Sanggar Meratus Lestari. Betapa tidak? Selama pandemi yang berlangsung 2 tahun lebih, pintu-pintu kreatif yang lazimnya dilakukan sanggar-sanggar secara terbuka di ruang publik terkungkung aktivitas dengan kelaziman baru yaitu bertahan di rumah.
Hampir semua kegiatan dibatasi dengan tagar WFH atau dalam bahasa keseharian bekerja dari rumah lewat daring. Anak-anak belajar lewat zoom atau aplikasi gawai. Sementara aktivitas kesenian menjadi mandek, kalaupun ada sebagina besar adalah giat lewat taping (rekaman video) yang juga di buat di dalam ruangan.
Memulihkan situasi yang terjepit dua tahun lamanya bukanlah hal yang sulit bagi Sanggar Mearatus Lestari, asuhan Dina Dayank.
Karena kini Sanggar Meratus Lestari malah lebih mengibarkan sayapnya ke ranah yang lebih komplek dari masalah yang dihadapi sebelumnya. Sebagai informasi, giat unggulan Sanggar Meratus yang dulunya hanya sebatas aktifitas performing arts kini merambah ke edukasi. Saat ini Sanggar yang berpindah ke Jalan Gaharu Guntung Paikat malah membuka PAUD dalam hal ini penitipan anak sekaligus pemberian materi usia dini ala sanggar yang adaptif dengan budaya.
Giat latihan menari, belajar tambahan perihal adat terus dikembangkan oleh Sanggar Meratus Lestari di sela kesibukan konser berbagai acara kebudayaan
Suasana ruang pilih baju adat di Sanggar Meratus Lestari
“Iya, kami baru saja pindah ke alamat ini. Tujuannya agar lebih leluasa. Ada beberapa kamar yang dikhususkan untuk belajar anak-anak PAUD, lainnya untuk kegiatan sanggar,” ungkap Dina Dayank kepada redaksi.
Selain itu, berkah lainnya adalah koleksi baju adat/ profesi Sanggar Meratus Lestari kini semakin bertambah. Lebih dari 100 koleksi yang dimiliki oleh Sanggar Meratus Lestari menjadikan nama sanggar semakin terkenal dan dicari oleh peminat hajat budaya dan tradisi.