LEMBAGA Kajan Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) menggelar diskusi buku Menjadi Manusia Menjadi Hamba Allah (Titik Jumpa Ktisten – Muslim) karya Dr. Darius Dubut, MM di Rumah Alam Sungai Andai, Banjarmasin, Sabtu (5/11/2022).
Buku ini menarik, karena banyak berisi kajian tentang teologi Islam. Darius, sang penulis sendiri adalah seorang pendeta yang belajar teologi Kristen dengan konsentrasi khusus pada kajian Islam sejak S1 sampai S3 di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta dan Fakultas Teologi Universitas Hamburg, Jerman.
Dalam buku ini Darius mencoba mencari titik jumpa antara Kristen dan Muslim. Diangkat dari disertasinya tahun 1996 berjudul Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu: Manusia Menurut Ajaran Mistik Hamzah Fansuri, buku ini terbagi dalam V bab; III bab khusus membicarakan tentang teologi Islam, lebih khusus tentang ajaran mistik Hamzah Fansuri. Dan hanya satu bab yang membahas tentang ajaran Kristen.
Darius mengurai ajaran Hamzah Fansuri mengenai manusia bersumber dari tiga karya ulama sufi itu. Yakni: Asraru’l-Arifin (Rahasia-rahasia Orang-orang Arif), Sharabu’l Asyiqin (Minuman Para Pencinta), dan Al-Muntahi (Orang yang Cakap).

“Kajian dalam ajaran Hamzah Fansuri dikatakan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang mampu menampilkan wajah al-rahman dan al-rahim dalam kehambaannya,” ujar Darius. Dan dalam perspektif Kristen, lanjutnya, ajaran tentang Yesus juga menampilkan rupa sebagai hamba Allah. “Dengan demikian, para pengikutnya yaitu orang Kristen, juga harus menampilkan kehambaan sebagaimana yang ditampilkan oleh Yesus,” ucapnya.
Pada “kehambaan” itulah menurut Darius titik jumpa ajaran antara teologi Kristen dan Muslim. “Titik jumpa itulah yang kemudian menjadi dasar bagi umat Kristen dan Muslim untuk membangun hubungan dan kerjasama bagi kebaikan seluruh makhluk di muka bumi ini,” ujarnya.
Diskusi ini menghadirkan dua pembicara, yakni Pdt. Enta Malasinta Lantigimo, D.Th (Dosen Studi Islamologi STT GKE) dan Dr. Muhammad Iqbal, M.Si (Dosen dan kaprodi S2 Ilmu Tasauf UIN Antasari Banjarmasin), serta Moderator : Drs. M. Ilham Masykuri Hamdie, M.Ag.
Dihadiri belasan peserta, di antaranya Ibnu Sami dan Mohammad Effendy, diskusi yang berlangsung ajeg sempat ” melangit” jauh membahas tentang tasawuf dan Nur Muhammad.
Dalam pembicaraan yang panjang, Muhammad Iqbal menekankan tentang hubungan antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
“Keberagamaan itu menegaskan tentang keberagaman,” ucapnya. Senada juga dengan kesimpulan Ilham, “Jika Allah mau, bisa saja hanya ada satu agama di bumi ini. Tapi kan tidak,” katanya.
Sedangkan Enta Malasinta menyimpulkan, bahwa, “Memang ada sufi yang mengesankan hidup menyendiri hanya antara dirinya dengan Tuhan. Namun ada juga sufi yang tetap hidup bermasyarakat termasuk berhubungan dengan antariman lainnya,” tuturnya.
Darius sendiri menabalkan, penghambaan menurutnya adalah penampakan keilahian. Bahwa seluruh ciptaan sejatinya untuk mengasihi Tuhan. “Seperti gambar di buku saya ini, burung berwarna ungu sebagai simbol Kristen dan burung warna hijau sebagai Muslim. Keduanya sama-sama berada dalam simbol cinta,’ tandasnya.@