INDAH. Menyenangkan. Saya tersenyum melihatnya di antara dinginnya pepohonan dan kebisingan. Sebagian dari kita yang muak dengan perdebatan tak berisi di media sosial ingin melakukan pelukan-pelukan seperti itu. Dan akhirnya, Hanifan mengambil peranannya. Merangkul dan menegaskan bangsa kita terlalu kecil untuk berselisih, bangsa kita, adalah bangsa yang berkasih sayang.
Sebenarnya bukan peran Hanifan semata. Atlet yang lain juga melakukan hal yang sama. Kitanya aja yang baperan. Jokowi dan Prabowo dan segala strukturnya, emang baik-baik saja. Kitanya aja yang baperan. Netizennya juga, pembelaan terhadap isu sudah melebihi wewenangnya sebagai warga Negara yang berbangsa. Kitanya aja yang baperan. Seolah-olah bangsa ini tidak bisa diselamatkan lagi, berita-berita dan info miring diblow-up tanpa ampun. Kitanya aja yang baperan.
Banyak yang telah mengupayakannya, tapi gak dapet kesempatannya aja gitu. Momentum Asian Games 2018 dengan segala kerumitannya menjadi moment, masing-masing mengambil peran. Netizen yang selama ini sudah kita tandai sebagai kubu satu atau kubu dua memang sudah mengambil peranannya juga. Sudahlah, apa yang telah kita saksikan jadikanlah sebagai teguran untuk kamu yang doyan memposting keburukan Jokowi, atau kamu yang doyan memposting dan share keburukan Prabowo. Kamu, iya kamu.
Saya yakin sekali, video yang sudah tersebar di net, kamu putar berkali-kali. Seolah tidak percaya. Ada juga yang senyum-senyum sendiri melihatnya. Ada juga yang terharu sampai nangis bombay. Ya’ elah jijay…
Parahnya, gak sedikit pula yang masih saja ada koment kalo itu pencitraan. Putar videonya berkali-kali, boro-boro bikin senyam-senyum terharu, malah nyari kesalahan. Seperti susah lihat orang senang, dan senang lihat orang susah. Kan gak banget, eaa!
Saya berharap, tampilan demi tampilan menyenangkan dari para pemimpin kita tak sekadar jadi tamparan, teguran, tapi juga pengingat agar kita lebih bijak dalam menulis, mengomentari, dan membagikan sesuatu. Harapannya. Harapan orang awam.@