KABAR baik jelang akhir tahun untuk Banjarbaru karena penerbit tertua di Indonesia, Balai Pustaka akan jalin kerja sama dengan kota berjuluk idaman tersebut. Balai Pustaka yang didirikan 105 tahun lalu oleh Adviseur voor Inlandsch Zaken telah mengalami perubahan seirama dinamika zaman.

Mengulik sejarah pendirian Balai Pustaka pra kemerdekaan untuk mengantisipasi tingginya gejolak perjuangan yang hanya bisa disalurkan lewat karya-karya tulisan. Menurut wikipedia, berbagai tulisan masyarakat anti-Belanda bermunculan di koran-koran daerah skala kecil. Kala itu, Balai Pustaka berfungsi untuk mengembangkan bahasa-bahasa daerah seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu, dan bahasa Madura.

Sehingga perusahaan penerbitan ini lalu didirikan Belanda dengan tujuan utama untuk meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan menyalurkan nya secara lebih manusiawi sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda di Indonesia.

Sejumlah sastrawan Indonesia pernah menjadi redaktur Balai Pustaka, antara lain; Sutan Takdir Alisjahbana, Nur Sutan Iskandar, Achdiat K. Mihardja, Pramoedya Ananta ToerUtuy Tatang Sontani, Rusman Sutiasumarga, Hammid Jabbar, Abdul Hadi WM, dan Subagio Sastrowardoyo.

JALAN BAIK

Ditemui di markas besar Balai Pustaka, Matraman Jakarta, Duta Baca Banjarbaru sekaligus penulis, Hudan Nur memenuhi undangan Direktur Utama PT Balai Pustaka, Achmad Fachrodji untuk sowan sekaligus tandang untuk kali pertama pada (5/12/2022), senin siang.

Dirut Balai Pustaka yang sebelumnya pernah memimpin di beberapa BUMN, seperti PT Inhutani I dan Perum Perhutani dengan antusias menceritakan bagaimana tantangan Balai Pustaka dan prospek kerja sama yang akan dan telah dijalin Balai Pustaka sepanjang ruang waktu, seabad lebih itu.

Achmad Fachrodji sedang menjelaskan arsip yang tersimpan di Balai Pustaka kepada Hudan Nur

Pada kesempatan baik yang berlangsung di Kafe Sastra Balai Pustaka, Achmad Fachrodji menyatakan akan bekerjasama dengan Banjarbaru, “Nanti, Mbak Hudan kami minta menjadi koordinator Balai Pustaka di Banjarbaru,” ungkap penulis pantun tersebut.

Hal ini tentu saja menjadi angin segar untuk giat literasi apalagi saat ini Banjarbaru telah berstatus sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Ke depannya akan ada kolaborasi masif antar instansi terkait dan komunitas di Banjarbaru. Kita tunggu saja!@