SEJARAH PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA

Adalah Mayor (Laut) Husein Mutahar yang diperintahkan oleh Presiden Soekarno (1946) untuk mengibarkan bendera pada HUT Proklamasi RI ke-1 di Yogyakarta. Sontak, gagasan melintas di benaknya dengan melibatkan pemuda dari seluruh tanah air. Maksudnya tidak lain karena pemuda adalah generasi yang akan meneruskan perjuangan bangsa.

Tentu kendala datang, Mutahar tidak mungkin merealisasikan idenya dengan persiapan yang singkat. Mutahar hanya bisa menghadirkan tiga pemuda dan dua pemudi yang menyimbolkan pancasila. Hal ini berlangsung sampai tahun 1949. Saat Ibukota kembali lagi ke Jakarta tahun 1950, pengibaran bendera dikelola oleh bagian Rumah Tangga Kepresidenan dan tim pengibar berasal dari mahasiswa dan pelajar setempat. Hal ini berlangsung hingga tahun 1966. Tahun 1967, Mutahar dipanggil oleh Presiden kedua RI, Soeharto untuk menangani pengibaran bendera pusaka.

Sejak saat itulah, formasi pengibaran bendera mengalami perubahan menjadi 3 kelompok, yaitu; Pasukan 17 yang bertugas menggiring, Pasukan 8 yang bertugas membawa bendera, dan Pasukan 45 atau pengawal. Jumlah tersebut berdasarkan simbol 17-8-45.

Istilah Paskibraka atau pasukan pengibar bendera pusaka tenar di tahun 1973, sebelumnya disebut Pasukan Pengerek Bendera Pusaka.

PASKIBRAKA KALSEL

Bumi Basudewo Ibrahim atau yang dikenal sebagai Mandios menyebut ada 84 dari peserta se-Provinsi Kalsel yang ikut penjaringan Paskibraka lewat jalur undangan ke sekolah-sekolah. Seleksi tersebut mulai digelorakan sejak Februari 2021. Dan hasilnya terpilihlah Azhar dan Regyna untuk wakili Kalsel ke Istana Negara.

Bumi sendiri adalah staf Bidang Pemuda Disporabudpar sekaligus PPI (Purna Paskibraka Indonesia) yaitu organisasi yang beranggotakan mereka yang pernah bertugas sebagai anggota Paskibraka dan telah mengikuti pelatihan Pandu Ibu-Indonesia Berpancasila dan selesai menjalankan tugas pengibaran bendera pusaka tahun 2016. Menurutnya, seleksi untuk tahun 2020 lalu tidak sampai ke pembinaan dan pelatihan karena covid-19.

“Pelaksanaan latihan tahun ini akan digelar dari bulan Juli akhir sampai Agustus untuk Kota Banjarbaru. Sementara, untuk calon paskibraka nasional kita masih menunggu kabar dari Provinsi.” Terang Bumi.

(Regyna Intan Cahyani Tamales dan Bumi Basudewo Ibrahim)

 

Untuk Kota Banjarbaru sendiri, 33 siswa(i) paskibraka 17/8/2021 akan dikarantina di LPMP dan latihan di Lapangan DR. Murdjani selama 7 hari. 33 siswa kelas 1 SLTA sederajat melibatakan 11 sekolah se-Banjarbaru.

Para pelatih berasal dari TNI AD, TNI AU, POLRI, dan PPI. “7 hari nanti itu karantinanya. Tetapi, latihan sejak 29 Juli selama 20 hari. Pagi 7.30-10.30 lalu siang 15.00 -17.30, latihan di lapangan DR. Murdjani. Sebelum Karantina mereka akan pulang pergi ke rumah masing-masing.” tandas Bumi ke tim Redaksi asyik. Ketika ditanya apa yang menjadi kendala dan harapan yang terpenuhi Bumi menyebut soal mobilisasi peserta selama karantina, dari LPMP ke Lapangan DR. Murjani. “Kami sangat berharap ada dukungan penuh dari Dinas Perhubungan Banjarbaru untuk mengangkut Tim Calon Paskibraka PP LPMP-Murdjani.”

REGYNA INTAN CAHYANI TAMALES

REGYNA INTAN CAHYANI TAMALES

Mengenal lebih dekat Regyna, wakil Banjarbaru yang lahir pada 23 Desember 2003. Ia adalah putri bungsu pasangan Letkol Budi Pitoyo dan Pelda Indriati. Gadis belia yang hobi menggambar ini memiliki 3 saudara kandung yakni Devintha Ayu Mellyana Tamales, Devintha Oktifanny Tamales, dan Jordan Pahlevi Tamales. Regyna menyelesaikan TK di TK Pembina Idaman 2009/2010, lalu SDN Loktabat Selatan 2, SMPN 1 Banjarbaru, dan sekarang siswa kelas 1 SMAN 1 Banjarbaru.

Latihan Regyna di SMAN 1 Banjarbaru

Saat ini bermastautin di dekat Toko Sahabat Sasirangan, Pasar Lama Bauntung Kemuning, Banjarbaru Selatan. Regyna diutus sekolah dengan 12 rekannya yang sama-sama duduk di kelas X dan tidak menduga dirinyalah yang terpilih mewakili Kalsel.

AZHAR KHAITAMY

AZHAR KHAITAMY

Lahir pada 4 Desember 2004, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Ripa’i yang berprofesi sebagai Perawat Bedah. Ibunya Maulida Ramayanti dikenal sebagai asisten apoteker di Tanah Laut. Azhar yang hobi sepak bola menyelesaikan sekolah dasar di Pabahanan kemudian mondok di SMP Darul Hijrah hingga sekarang. Mengenal dunia baris-berbaris sejak ia dititipkan oleh kedua orang tuanya di Darul Hijrah, Kabupaten Banjar.

“Saya bisa sampai seperti ini bukan karena usaha saya sendiri, tetapi berkat bimbingan para pelatih dan asatidz,” terang Azhar kepada tim redaksi. Baginya, dengan terpilih mewakili kalsel berarti usaha yang telah dilakoninya selama ini telah membuahkan hasil sekaligus karunia yang luar biasa.

Salah satu ustadz Azhar, Muhammad Muhlis menyatakan bangga karena Darul Hijrah tahun ini bisa mengharumkan nama banua ke Istana Negara. “Ini kali keempat SMA Darul Hijrah Putera terpilih mewakili Kalsel,” tandasnya dengan penuh syukur. @