asyikasyik-LIPUTAN KHUSUS, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, ketika mengunjungi pusat kerajinan purun di Kota Banjarbaru pada September tahun kemarin mengatakan, “Saya mendorong teman-teman desa kreatif ini dan Wali Kota Banjarbaru, serta semua pihak terkait, untuk berkolaborasi membangkitkan kembali Kota Banjarbaru pasca pandemi. Harapan kita, pariwisata dan ekonomi kreatif segera pulih, segera bangkit, dan lapangan pekerjaan segera tersedia.”

Memang begitulah faktanya, dalam tiga tahun terakhir, pandemi jadi musuh bersama manusia sejagat raya, kedatangannya yang ujug-ujug menghantam segala sektor tak bisa dielakkan menghancurkan banyak hal: politik, pendidikan, pariwisata, ekonomi, sampai hal-hal terkecil di ruang lingkup dapur rumah tangga pun ikut pula diganggunya.

Wabah yang mulanya kita kira hanya berlangsung dua-tiga bulan ini, nyatanya sampai hari ini terus saja bermutasi, tumbuh berkembang makin ganas, dan manusia—setelah dipaksa mundur secara menyakitkan selama beberapa tahun terakhir—mulai bangkit dari keterpurukan untuk melawan. Hari-hari ini, kendati masker dan vaksin jadi hal wajib, kita melihat kehidupan mulai berjalan seperti mana sebelum pandemi, kita pelan-pelan menampar balik wabah dengan tangan-tangan kecil kita, dan kekalahan itu masih jauh. Masih sangat jauh.

Salah satu upaya untuk bangkit dari keterpurukan itu adalah membangkitkan sektor ekonomi kreatif dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seperti halnya yang dikatakan Sandiaga Uno ketika ia mengunjungi Banjarbaru delapan bulan lalu itu.

Sebab di industri inilah kebanyakan masyarakat bergelut, terutama di kota-kota seperti Banjarbaru, sehingga dukungan terhadap sektor ini sangat penting untuk membangkitkan kembali roda kehidupan. Selain itu, ekonomi kreatif juga mesti diperhatikan sedemikian rupa oleh pelaku dan pemerintah kota, sebab dalam tahun-tahun mengenaskan ini, industri inilah yang menjadi tulang punggung perekonomian. Saban tahun kian membesar. Menurut data yang dimuat oleh Koran Sindo, pelaku industri kreatif di Indonesia per 2021 kemarin mencapai delapan juta—angka yang membikin Indonesia didaulat sebagai negara terbesar ketiga dalam industri kreatif setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Pemerintah Kota Banjarbaru sendiri, tepat pada hari jadi ke-23 Banjarbaru dalam upayanya untuk mendukung UMKM meresmikan Rumah Kemasan (19/4), sebuah wadah pusat industri UMKM bagi pelaku ekonomi kreatif Banjabaru.

Rumah Kemasan yang beralamat tepat di Dinas Perdagangan Kota Banjarbaru, Loktabat Utara ini merupakan sentral UMKM yang bertujuan untuk meningkatkan mutu produk industri sehingga menjadi lebih menarik sesuai kebutuhan pasar.

Wali Kota Banjarbaru, Aditya Mufti Arifin, dalam peresmian Rumah Kemasan tersebut mengatakan bahwa kemasan merupakan salah satu hal penting untuk menunjang mutu produk kecil dan menengah. Kemasan suatu produk memiliki efek psikologis yang mampu merangsang minat masyarakat karena nyaman dilihat.

“Kalau kemasannya bagus,” ujarnya, “produk hasil dari kawan-kawan tentu akan meningkat secara nilai jual.”

Rumah Kemasan sendiri merupakan turunan dari program Kementerian Perindustrian melalui Klinik Pengembangan Desain Merek dan Kemasan yang bernama Klinik Kemasan. Gati, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, melalui siaran pers pada Februari 2021 silam—dikutip dari laman Ekonomi.bisnis(dot)com berjudul “Kemenperin Fasilitasi 4.425 Desain Merek dan Kemasan”—menyebutkan bahwa fungsi Klinik Kemasan tersebut didukung oleh Rumah Kemasan Daerah yang tersebar di Indonesia.