WAJAH itu memenuhi bidang kanvas ukuran 100 x 100 cm. Wajah yang tampak tenang dalam sapuan lembut, dengan rambut dan janggut mengapas namun lebat merimbun seakan menolak terlepas dan gugur. Dalam warna latar didominasi merah muda oranye, mencerminkan semangat tak hendak padam, juga ketegaran yang ditunjukkan susunan-susunan batu menopang wajah.

Jika kita  menatap sedikit agak lama, maka di sana waktu seolah berlintasan menyapu wajah yang tetap kokoh menantang kehidupan.

Lukisan yang diberi judul “Yang Muncul Dari Dalam” itu langsung terlihat di dinding ujung begitu kita memasuki ruang pameran di Bengkel Lukis Solihin, Taman Budaya Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Pameran mulai dibuka sore Minggu (9/1/2022).

Nanang M. Yus menggelar pameran tunggalnya dalam usia 76 tahun (lahir 19 September 1945). Berkarya selama lebih setengah abad, kini ia sampai pada “Titik Nadir” yang menjadi tema pamerannya. Tema yang terkesan kontradiktif dengan keteguhan dan ketahanannya dalam dunia seni rupa yang telah teramat panjang dijalaninya.

“Manusia terbatas, ia akan sampai pada satu titik akhir,” ucapnya filosofis.

Barangkali sang pelukis memang telah sampai pada titik itu. Tapi bukan pada titik yang berarti berhenti atau jatuh. Melainkan sebuah titik yang menjadi pusat perenungan, betapa telah sejauh ini bergelut dalam warna-warni kehidupan.

Jika ia telah sampai puncak menghayati kesenimananya, lalu apakah yang kini ia harapkan untuk seni rupa Kalimantan Selatan?

“Gedung galeri seni rupa. Hanya itu harapan saya, dari dulu,” cetusnya dengan nada yang seolah tak mengerti mengapa hal itu tidak pernah bisa terwujud.

Pernyataan itu seketika mengempaskan siapapun yang mendengarkan saat itu pada kesadaran bahwa tengah berada pada ruang pameran (Bengkel Lukis Solihin) yang kecil, pengap. Hanya ada sebuah kipas angin di salah satu pojok—teronggok seperti barang salah tempat di ruangan itu, menggeleng-geleng dengan malas. Beberapa pengunjung terlihat gerah, mengipas wajah dan dadanya dengan tangan atau brosur katalog lukisan.

Memang, terkadang pameran seni rupa juga memakai Gedung Wargasari, Taman Budaya, yang lebih besar. Gedung ini terbilang serbaguna, karena bisa digunakan untuk kegiatan seni apa saja, tak terkecuali juga acara karasminan.

Secara keseluruhan, 26 lukisan yang dipamerkan bergaya realis. Pelukis juga merekam suasana dan budaya masyarakat Banjar, seperti lukisan pendulangan intan dan pasar terapung.  Beberapa lukisan bunga, wajah-wajah perempuan, gadis Bali, dan perabotan rumah. Ada juga lukisan bergaya abstrak. Selain judul, lukisan-lukisan itu diberikan titimangsa, sehingga kita bisa membaca atau melihat perkembangan atau perubahan dalam gaya lukisan seorang Nanang M Yus.

Sejatinya pameran ini akan dibuka oleh Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina. Namun karena berhalangan, diwakilkan kepada Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setdakot Banjarmasin Doyo Pudjati. Dalam pengantarnya yang tampak bersemangat, Doyo banyak memuji pelukis Nanang M Yus yang masih terlihat sehat dan terus bersemangat berkarya di usia yang senja.

“Ini pasti karena seni. Seni bisa membuat kita sehat. Kita harus menikmati seni, baik seni ciptaan Tuhan seperti gunung dan alam keseluruhan, juga seni yang diciptakan oleh manusia termasuk lukisan,” katanya di acara pembukaan yang berlangsung di halaman depan Bengkel Lukis Solihin yang sangat sederhana.

Hadir dalam pameran yang berlangsung hingga 19 Januari 2022 itu, di antaranya pelukis senior Kalsel Misbach Tamrin, Ketua Dekan Kesenian Kota Banjarmasin Hajriansyah, para pelukis Banjarmasin seperti Akhmad Noor, Badri bin Humansyah, dan pelukis Banjarbaru Anang Muslim, Daniel Sukamto, serta pelukis-pelukis muda lainnya.@

Facebook Comments