SINONIMI

Malam mengajak ia bermalam di laut. Laut menyuruhnya berdiam di rumah hitam. Tak pernah janji menukar ingatan kayu. Ikan-ikan yang tertangkap menaruh goresan kail pemancing. Ujung malam tiba di altar sejadah Subuh. Ingatan menjadi alibi. Berserah gundah gulita pada serumpun padi-padi yang menguning. Sudah saatnya puisi laut mengalir ke samudra. Berdayung diksi-diksi patah hati. Hingga laut, berserah pasrah pada puisi dan pada siapa yang mengira. Sinonimi orang tuanya yang tak pernah gigil kabut memanggil. Terbebani pundak mamak tertumpang di arus gelombang. Terombang-ambinglah ia bermain enigma biru laut. Sebentar lagi cerah menjeput layang-layang yang mengambang. Iris janji menguji angan-angan tak bernyawa. Linggis sajak menjebak nelayan tabah berselimut aba kata. Azan zuhur tiba, saatnya semesta tidur suntuk tua, berlagu, bergoyang, berias irama mimpi-mimpinya.

2021


TERIK WAKTU

Bendera merah terpatri
putih pertempuran di bulan
September antara terik dan
mata waktu. Selama bendera
berkibar di dadanya, kita
masih bisa memakan gumpalan
kabut yang merenggut kata.

Tabiat waktu tanggal melintang
jinak janji-janji halimun. Biola
bersorak ria di kamar batu tanpa
kasur. Sulut suara waktu menyublim
segumpal darah dan langkah
pahlawan dosa. Terjadilah ia kalah.

Gurindam melamar diksi. Angin
kemarau merantau ke pulau.
Pundak bumi laut dan sungai
membanjiri sawah petani.
Tak pernah waktu gelisah.
Bisanya hanya menggelisahkan
para pujangga menatap doa.

Sumenep, 2021


PRODEO

Tak mungkin rumput hidup kalau tidak karena Kau
Kerajaan di dadaku juga menjadi tunduk tabah
Prodeo bias cahaya, merumuskan gelap raja musim.

Pada matahari langit titipkan cahaya nun berliku lamun
Pada laut Tuhan titipkan segala dingin perselisihan
Pada hati tubuh lampiaskan resah jumpa yang terbata

Tangan angin menjulur musim pada gugur dedaunan
Kirmizi iring menjajal imperium doa keramaian dusta
Sesekali berdiam diri merasuk prodeo siang bertandang

Zaman berubah menjadi notifikasi selarut ilusi nan alibi
Kokok ayam menyusun tarian doa, beriring mata pening
Batu yang tersandung tak pernah menggugat iga tenung

Dua musim dayung berpuisi, mengaji, bahkan berilusi
Setabah kisah berserah pada sungai yang berandai
Dibawakannya aliran semu menuju hulu melaut rindu.

Sumenep, 06 September 2021