SUNGAI KOPI

Kopinya tandas, sementara buku bacaan menyisakan tiga puluh dua halaman lagi

Tuhan begitu baik menciptakan kopi

Adakah sungai kopi di surga?
Sebagaimana perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai madu yang murni

Muara Badak, 06/12/2019


AIR MATA KOPI

/I/

Oh, pemuda-pemudi penikmat kopi habiskanlah kopimu hingga tetes terakhir

Secangkir kopi yang kau minum tak hanya menciptakan harum aroma kopi, melainkan juga aroma keringat dan air mata petani kopi

Di balik secangkir kopi yang nikmat
ada tangan petani yang seringkali dilupakan

/II/

Seorang pengunjung kedai kopi telah memesan secangkir kopi Bali Kintamani

Di kedai kopi ada air mata kopi tumpah dari cangkir pengunjung malam ini

Muara Badak, 31/07/2021


KOPI
buat: Joko Pinurbo

1/
Ibu sedari dulu mengajariku memakai celana dengan benar
Kata ibu, apa-apa dibalik celana kau harus merawatnya dengan baik
Apa-apa dibalik celana nasibmu akan dipertaruhkan
Surga atau neraka
Keselamatan atau kehinaan

“Orang-orang yang memelihara apa-apa yang ada dibalik celana
Mereka itu dimuliakan di dalam surga”

2/
Suatu hari di beranda rumah, ibuku melihat ada tahi lalat di telapak kakiku

Kata ibu, kau nanti suka berpetualang, menjelajah berjalan ke mana saja yang kau ingin, ke mana saja kau tempuh

beberapa tahun kemudian aku melihat gambarku berdiri di depan patung merlion, duduk di bawah menara kembar petronas, tersenyum di bawah naungan masjid sultan Omar Ali Saifuddin, aku juga menyantap nikmatnya pisang gapit di tepian losari, dan mereguk kopi joss di perempatan tugu Jogja

3/
Lima menit menjelang minum kopi,
aku ingat pesanmu: “Kurang atau lebih,
setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi.”

Muara Badak, 04/08/2021

Artikel sebelumnyaFESTIVAL SENI PELAJAR JEMBRANA KEMBALI DIGELAR
Artikel berikutnyaTIONGHOA BANJAR, DATU KELAMPAYAN, DAN GARIS KETURUNAN
Indon Wahyudin
Kelahiran Muara Badak, Kutai Kartanegara, Kaltim. Beberapa antologi puisinya Warna-Warni Indah (Rasibook, Bandung), A Skyful of Rain (Banjarbaru's Rainy Day Internasional Literary Festival 2018), Menghitung Kelahiran Bintang (Forum Lingkar Pena Makassar), Terbanglah Dengan Deen Assalam (Antologi puisi sebuku bersama Nissa Sabyan), Menenun Rinai Hujan (Antologi puisi sebuku bersama Sapardi Djoko Damono), When The Days Were Raining (Banjarbaru's Rainy Day Internasional Literary Festival 2019), Banjarbaru Rain (Banjarbaru's Rainy Day Internasional Literary Festival 2020), Aksara Pesisir (Antologi puisi bersama penulis Muara Badak). Puisinya juga dipublikasikan di media massa, seperti Samarinda Pos, Harian Cakrawala, Ambau.com, dan lainnya. Kerap mengikuti perhelatan sastra seperti Makassar International Writer Festival, Festival Sastra Basabasi, Kampus Fiksi Emas, Sastra Tugu Jogja, Studio Pertunjukan Sastra di TBY, FKKH UGM. Ia pernah bergabung di komunitas Forum Lingkar Pena Sulsel, kini aktif di komunitas Sindikat Lebah Berpikir Universitas Mulawarman, dan komunitas Ladang (Jaring Penulis Kaltim) bersama Amien Wangsitalaja dkk.