SEJUMLAH peneliti, sejarawan,  dan pelaku seni, berdiskusi mengenai sungai di Kota  Banjarmasin.

Mereka berkumpul dalam Focus Group Discussion “Batang Banyu – Matan di Hulu Larut ka Hilir” yang merupakan program publik dari proyek residensi MODUS/Air, sebagai bagian dari Jejaring Rimpang, Pekan Kebudayaan Nasional 2023. Kegiatan ini merupakan kerja sama Indeks (Bandung), Pertigaan Map (Surabaya), dan rekanan residensi Borneo Urban Lab (Banjarmasin). Diskusi digelar di Rumah Alam, Sungai Andai Banjarmasin, Rabu (30/8/2023).

FGD ini merupakan bagian dari rangkaian Panjang Residensi seniman terpilih dari program Modus/air yakni Novyandi Saputra (Banjarbaru).

Novyandi Saputra, yang menjadi salah satu pembicara, mencoba menggali data-data baik data saintifik maupun data yang berbasis pengetahuan pengalaman dari banyak pihak yang menjurus pada temuan motif-motif yang bisa digerakkan sebagai wahana artistik.

“Sungai menjadi sarana hidup sepanjang hayat, hingga jalan dan perkerasannya hadir di era kolonial,” kata pria berkacamata yang terlibat dalam penelitian sungai ini.

Menurutnya, telah terjadi pergeseran pandangan terhadao sungai.

“Bila dulu rumah-rumah menghadap sungai sebagai ruang hidup, kini  berubah menjadi ruang buang,” cetus Novy.

Kebijakan pipanisasi sejak 1937 terus berlanjut dan berujung pada sungai yang kehilangan marwahnya. Sungai tak lagi memiliki ritus, sebutnya. Pada sisi yang lain masyarakat sungai abai terhadap objek hidupnya tersebut. Sungai hanya hadir sebagai jalur lintasan tranportasi atau hanya menjadi seperti objek semata yang dianggap pusaka jika ada pentingnya.

Kegiatan FGD ini dihadiri oleh sekitar 20 orang dari latar belakang yang berbeda mulai dari mahasiswa, pegiat seni, pemerhati lingkungan, hingga akademis. Bersama mendengarkan dan belajar mengenai kondisi sungai di Kota Banjarmasin dari berbagai perspektif.

H. Hamdi, pegiat lingkungan, mengatakan ada sekitar 115 sungai yang tercemar dengan indikasi ikan-ikan sungai mengandung mikroplastik, kandungan logam berat. Kondisi ini tentu berdampak pada kualitas air dan kondisi oksigen di dalam air yang menjadi rendah.

“Salah satu upaya bersama yang bisa dilakukan terhadap hal itu  adalah dengan menanam pohon di pinggir sungai,” ucapnya.
Hamdi menambahkan, kalau kita ingin masyarakat peduli dengan sungai, maka masyarakat harus merasakan dahulu keberadaan sungai.

Prof Bambang Subiyakto, sejarawan akademisi ULM mengungkapkan, kehadiran kanal di Banjarmasin tanpa disadari masyarakat sebenarnya memiliki multifungsi, mulai dari mengalirkan sumber air, untuk transportasi, bahkan untuk pertanian.

Ada 5 kanal khas banjarmasin yaitu anjir, antasan, saka, tatah, dan handil. Dan semua jalur air di Kalimantan Selatan terpengaruh hidrodinamika Sungai Barito.

Tentang Modus Air
Modus diinisiasi dengan memilih isu air dan lingkungan sebagai titik keberangkatan pertama—diawali dengan riset dan pemetaan isu, kemudian meninjau dan mengevaluasi kembali bagaimana “air” hadir dalam praktik artistik seniman.

Semula, lokus pertama yang dipetakan oleh kuratorial Modus Air adalah Bandung yang hasil penelusurannya telah dipresentasikan bulan Februari-Maret 2023 di Indeks Project Space, Bandung.

Dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional 2023, di bawah gagasan kuratorial “Jejaring, Rimpang” yang diangkat oleh Enin Supriyanto, Grace Samboh, dan Lilin Rosa Santi, Modus Air mengembangkan cakupan geografis yang dilingkupinya dengan merambah Samarinda dan Banjarmasin sebagai dua lokus residensi dan riset artistik.

“Residensi ini akan melibatkan dua seniman dari luar lokus dan dua seniman yang berbasis di Kalimantan. Pendekatan ini diterapkan untuk menginvestigasi bagaimana riset artistik dengan fokus topik yang terkerucut bisa dilaksanakan dengan mempertemukan dua seniman di satu lokus yang sama,” jelas Novy, selaku seniman musik tradisi.
Hasil residensi yang diproduksi oleh keempat seniman, lanjutnya,  akan dipresentasikan bersamaan dengan delapan karya seniman lainnya yang sebelumnya pernah mengeksplorasi isu air di konteks wilayahnya masing-masing.

“Selama masa residensi dan pameran, Modus Air juga merencanakan sejumlah kegiatan yang mengundang keterlibatan audiens umum dan publik luas, di antaranya: lokakarya di sekolah, sesi wicara, pemutaran film, serta tur pameran,” tandas owner kafe Rumah Oettara ini.@

Facebook Comments