AWAL tahun hijriyah jatuh di hari apa mungkin tak terlalu berarti bagi sebagian kita. Namun tahu kan para asyikin, kalau perputaran waktu menjadi patokan perkiraan “cuaca” bagi orang-orang terdahulu? Terlebih bagi para pengamat astronomi dan hikmah di masa lampau.

Satu di antara kitab yang menjadi rujukan para orang tua  dulu –mungkin- hingga sekarang dalam mengira “cuaca” yang akan terjadi di tahun itu, adalah Kitab “Taaj al-Muluk” atau biasa dibaca Tajul Muluk. Kitab yang ditulis dengan “Arab Melayu” ini memuat banyak masalah keseharian lengkap dengan penawarnya.

Ya, namanya perkiraan tentu bisa tepat bisa meleset. Obat yang ditawarkan pun bisa saja mujarab bisa pula tidak. Sebab waktu telah berputar semakin jauh, penyakit yang diderita manusia pun menjadi kompleks, sehingga ramuan yang diracik tak bertuah seperti dulu kala.

Jika resep obat tidak mutlak menyembuhkan –karena itu ketentuan Tuhan-, begitu pula ramalannya tentang  situasi dan kejadian dalam kurun satu tahun. Nah, yang menarik, Tajul Muluk meramalkan tahun ini penuh “duka”. Begini lengkapnya, simak baik-baik:

Tahun baru hijriyah 1440 jatuh pada hari selasa (11/9/2018). Menurut Kitab Tajul Muluk, apabila awal tahun jatuh pada hari Selasa, (diperkirakan) pada tahun itu akan terjadi: Orang besar banyak yang wafat, banyak pertumpahan darah (perkelahian), sangat mahal (harga) dagangan, mahal (harga) makanan, dan sedikit hujan.

Orang besar banyak wafat? Tuh,yang merasa besar perlu waspada. Banyaknya perkelahian? Iya kayaknya, beda dukungan aja ribut. Harga barang melangit, juga harga makanan? Wah, jangan dong. Sedikit hujan? Melihat satu minggu berjalan, kayaknya yang ini agak meleset, dua hari doi ujan-ujanan.

Eh ngomong-ngomong, awal tahun hijriyah 1439 (2017) kemarin hari apa ya? Kamis. Ada perkiraannya juga dong di Tajul Muluk? Tentu.

Begini,  merujuk kitab yang sama, dengan pembahasan yang sama, di halaman, yang sama. Jika awal tahun di hari Kamis, maka menunjukkan keadilan penguasa.

“Apa? Bohong banget. Ini mungkin gara-gara perbedaan pendapat tentang metode rukyatul  hilal dan hisab. Jadi salah nentuin tanggal” ini mungkin kata mereka yang tidak sepakat. Atau, mungkin keadilan penguasa itu baru (akan) mulai berjalan dari tahun ini, atau pemerintahan yang akan datang, siapapun presiden-wapres yang terpilih.

Tapi, ya seperti yang doi katakan di awal, perkiraan tak mesti jadi kenyataan. Bukankah mendung tak selalu berarti hujan?@