KALIMANTAN SELATAN sebagai gugusan Geopark Meratus memiliki lanskap keanekaragaman budaya dan kekayaan subdialek bahasa yang sangat kental berdasarkan tingkat dialek dan ideoleknya. Sebagai bagian dari linguistik yang sangat kaya, konservasi bahasa lewat pendekatan ekofeminisme hingga saat ini belum pernah disentuh lewat ceruk-ceruk sastra.

Dalam konteks ini, kehadiran Festival Puisi Wabul Sawi (FPWS) yang mengarusutamakan perempuan dan lingkungan memiliki spektrum harapan ada daya gugah baru untuk merawat bahasa di jalan puisi. Dikotomi karya antara perempuan dan laki-laki pada kenyataannya hampir tidak bisa dinilai secara perspektif gender. Namun lewat festival ini, ada upaya menggagas bagaimana perempuan diraja–ratukan untuk ekplorasi kekaryaan berbasis lingkungan, pemberdayaan, sekaligus konservasi.

“Saat ini, sejarah panjang orang-orang Banjar dan Dayak di bumi Kalimantan Selatan yang melenggangkan karyanya ke kancah–level yang lebih luas berskala nasional dan internasional rata-rata didominasi oleh kaum adam.” Papar Hudan Nur salah satu kurator FPWS yang akan berlangsung di Loksado, Hulu Sungai Selatan pekan depan.

Walaupun ada sebagian karya sastra yang ditulis perempuan namun konsistensinya berkarya seiring waktu, semakin samar namanya melenggang tambah Hudan.

“Istilah Wabul Sawi sendiri yang merupakan akronim wani baidabul sanggup manggawi adalah semangat orang Banjar yang artinya berani berniat, maka mampu melaksanakan apa yang diniatkan,” lanjutnya.

Dengan harapan Festival Puisi yang ditaja Akademi Bangku Panjang Mingguraya menjangkau sekoci baru tidak hanya di Banjarbaru yang posisinya di Ibu Kota provinsi Kalimantan Selatan tetapi ada garapan ceruk-ceruk lain, di luar Banjarbaru dengan melibatkan perempuan terpilih lewat sistem kurasi yang berasal dari wilayah Banua Anam (Hulu-Hulu Sungai) yaitu Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Balangan, dan Kabupaten Tabalong.

Output Festival Puisi Wabul Sawi

Proyeksi Festival Puisi Wabul Sawi bertujuan meningkatkan kapasitas sumber daya perempuan dalam mengakrabi lingkungan di area pegunungan Meratus dengan seluruh aktivitas keperempuanannya lewat karya-karya puisi. Dari sini diharapkan muncul karya-karya bernas yang ditulis oleh perempuan dari apa yang mereka lihat secara langsung sebagai potret puitik untuk mendekatkan karya yang berpijak pada realita adat di kaki pegunungan area Loksado, Hulu Sungai Selatan.

Adapun bentuk kegiatan FPWS bersama 50 puan penulis terpilih ini adalah lokakarya terkait peningkatan dan penguatan dalam teknis menulis puisi, mentoring bersama 5 narasumber lokal di area Loksado, dilanjutkan lomba menulis puisi. Selain itu bersama 150 partisipan dari masyarakat lokal, perwakilan pelajar, guru, ormas komunitas putra-putri Hulu Sungai Selatan akan membersamai kegiatan apresiasi di hari puncak yaitu 13 Oktober 2024.

FPWS didukung penuh Badan Bahasa Kemendikbudristek dan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan. Giat ini dibuka tanggal 11 Oktober 2024 oleh Pj Bupati Hulu Sungai Selatan didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga. Untuk penutupan Kenduri Puisi 13 Oktober akan ditutup oleh Pihak Badan Bahasa Pusbanglin dan Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan.

Hudan Nur (memegang pelantang suara) kurator FPWS saat hadir pada acara Diskusi Meja Panjang, di PDS HB. Jassin Jakarta bersama Dewan Kesenian Jakarta.

“Kepada puan penulis yang belum lolos kurasi di FPWS jangan berkecil hati, teruslah berkarya.” Pungkas Hudan yang buku puisinya pernah mendapat Penghargaan Buku Puisi Terpuji, Anugerah Hari Puisi Indonesia dari Yayasan Hari Puisi Indonesia 2019.

Penanggungjawab kegiatan FPWS Bumi B. Ibra menyebut seluruh puan penulis akan dimasukkan ke dalam WAG untuk komunikasi dan informasi seputar pelaksaan kegiatan.

“Sebentar lagi seluruh puan penulis terpilih akan kami masukkan kedalam WAG dan nanti dibantu Diang Anggrek selaku koordinator acara,” jelas Bumi saat dihubungi tim redaksi 5/10/2024.

Perwakilan Akademi Bangku Panjang Mingguraya, Tim Pelaksana FPWS. Bumi B. Ibra berdiri di pojok kanan.

Diketahui peserta yang ikut berpatisipasi adalah perempuan-perempuan muda 16-35 tahun yang berdomisili di Hulu-hulu Sungai. Kemudian mereka mengirimkan karya dan dikurasi oleh tim kurator/juri. Adapun tim tersebut adalah Hudan Nur, Sandi Firly, dan Aliman Syahrani.

“Kami berharap kegiatan FPWS ini berjalan lancar dan semoga cuaca di pegunungan Loksado nantinya bersahabat.”pungkas Bumi.@

BERIKUT 50 PUAN PENULIS TERPILIH MENGIKUTI FESTIVAL PUISI WABUL SAWI 11,12, 13 OKTOBER 2024 DI LOKSADO KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Facebook Comments