Ada pemandangan lain di Panggung Bundar Mingguraya pada 26/2. Yup! Kompetisi piano yang diselenggarakan oleh Ardeval Swara Music se-Kalimantan Selatan. Kita tahu main musik piano bukanlah hal mudah karena yang bisa memainkan adalah kalangan terbatas, tentu diiringi minat dan bakat juga.
‘Piano Competition’ yang dimulai pada pukul 15.00 Wita membuat penonton yang sambil menikmati kuliner di kawasan Mingguraya takjub. Peserta yang berjumlah 35 orang mampu memberi rasa haru sekaligus mengaduk perasaan mereka yang menyaksikan kompetisi terbuka tersebut.
Memainkan piano jelas lebih ribet daripada memainkan gitar. Jemari kanan harus sinkron dengan yang kiri, terus bergerak menekan tanpa saling menggangu tangan yang satunya. Pianis muda yang paling kecil ikut kompetisi berumur 6 tahun.
menekan piano harus pakai perasaan. kapan ditekan pelan, kapan ditekan sangat keras.
Walau karya musik klasik dikarang oleh pianis dunia dan konon sulit dimainkan, nyatanya Ardeval Swara Music berhasil mematahkan argumen lama itu. Barangkali ada yang ingat Symphony No. 5 oleh Beethoven 1804-1808 yang ditetapkan sebagai referensi musik klasik paling populer. Maha karya Austria dan tayang di film The Longest Day atau Saturday Night Fever. Ada empat gerakan (Allegro con Brio, Andante con moto, Scherzo, dan Finale) yang dikomposisikan selama perang Napoleon, sementara Austria diserang oleh Perancis.
Memainkan piano bagi 35 peserta yang ikut kompetisi tersebut adalah tantangan mempelajari batasan musik. Tidak hanya soal akord dan solfegio yang mengacu pada indera dengar untuk ritmik tetapi piano klasik yang dimainkan oleh pianis-pianis masa depan Banjarbaru akan menemukan jalannya sendiri.
Ditambah Banjarbaru yang telah menjadi ibukota Kalsel, kompetisi piano membari warna lain untuk pusat kebudayaan dari kota berjuluk Idaman. “Kompetisi Piano ini akan menjadi barometer di Kalimantan Selatan,” ucap HM. Aditya Mufti Ariffin, Wali Kota Banjarbaru pada sambutannya.