KENDATI hanya berlangsung di sebuah panggung sederhana di lingkungan FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Prodi Pendidikan Sendratasik, Jurusan Bahasa dan Seni, acara bedah buku “Sketsa Pencapaian Keilmuan dan Kepedulian Sutarto Hadi” yang digelar ANU (Art Network of ULM)  Forum, Rabu 11 Maret 2020, berlangsung gayeng; menyenangkan serta menggembirakan.

Panggung Beruntung benar-benar beruntung, Pak Rektor ULM Sutarto Hadi hadir sejak awal acara hingga akhir. Hampir dua ratus mahasiswa memenuhi panggung, yang alhamdulillah cukup kuat menanggung beban sebanyak itu.

Buku “Sketsa Pencapaian Keilmuan dan Kepedulian Sutarto Hadi” ini merupakan kumpulan tulisan resensi dari para peserta Lomba Menulis Resensi Buku “Membingkai Bayang-Bayang” (2019) yang merupakan buku autobiografi Sutarto Hadi.

Nah, pada acara bedah buku ini, dihadirkan pula para juri lomba resensi; yakni Sainul Hermawan, Sumasno Hadi (pimpinan ANU Forum), dan Sandi Firly, dengan moderator Novyandi Saputra. Juga Ketua Prodi Sendratasik Dr Tutung Nurdiyana yang memberikan sambutan.  Ada pula dosen Ki Sulisno, Dewi Alfianti, Reja Fahlevi, HE Benyamine, dll.

Tentu saja, kehadiran Pak Rektor Sutarto Hadi tetap yang paling istimewa. Beliau menceritakan bagaimana proses penulisan buku autobiografi yang kemudian menjadi best seller itu. Semula, menurut beliau, ada yang tertarik ingin menulis biografi tentang dirinya (di sini sengaja tidak disebutkan nama, Red.). Lalu wawancara pun dilakukan berkali-kali.

“Namun, setelah sekian lama, ternyata tulisannya tidak jadi juga. Sampai akhirnya saya pikir lebih baik saya tulis sendiri saja. Lalu saya pun menulis kapan saja saya bisa, kadang di bandara, di pesawat, juga di rumah hingga larut malam,” kisahnya.

Ringkasnya, selesailah tulisan itu, kemudian dikirimkan ke penerbit Elex Media Komputindo, Gramedia Grup. “Saya pilih penerbit ini, karena juga pernah menerbitkan buku biografi Dahlan Iskan,” ucapnya. Karena jodoh, akhirnya diterbitkanlah buku “Membingkai Bayang-Bayang” itu.

Dan tak dinyana, “Saya sering dikagetkan bunyi ‘ting’, tanda notifikasi di hape saya, dan itu ternyata laporan royalti buku saya yang nilainya Rp41 juta,” ucapnya, mencotohkan salah satu bunyi yang dia sukai setelah buku autobiografinya itu dinyatakan best seller.

Lebih jauh, Sutarto Hadi menceritakan bagaimana tentang pendidikannya, perjuangan hingga menjabat sebagai rektor, hingga juga berhasil membawa ULM lebih berkembang. Pada saat menjabat Pembantu Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerjasama, Sutarto ditunjuk oleh Rektor Prof. M. Ruslan menjadi Direktur Eksekutif Proyek IDB 7in1 dengan tugas menyusun proposal.

“Alhamdulillah proyek tersebut berhasil didanai oleh IDB (Islamic Development Bank). ULM mendapat dana paling besar yaitu kurang lebih Rp 500 miliar. Saat ini sedang berlangsung pembangunan 12 gedung baru ULM yang dibiayai dari IDB,” ceritanya, yang langsung disambut gemuruh tepuk tangan.

Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. dikenal sebagai ahli matematika, tidak saja secara nasional, tapi internasional. Ia menyelesaikan master (MSc) dalam bidang Educational and Training Systems Design di Universitas Twente, Belanda. Di universitas yang sama ia menempuh S3 dalam bidang pendidikan matematika. Desember 2002 Sutarto memperoleh gelar doktor dengan disertasi Effective Teacher Professional Development for the Implementation of Realistic Mathematics Education in Indonesia.

Selanjutnya Sutarto bergiat di komunitas matematika antara lain aktif dalam Himpunan Matematika Indonesia atau IndoMS (The Indonesian Mathematical Society). Menjadi perwakilan Indonesia di ICMI (International Commission on Mathematical Instruction), 2004 hingga 2012. Hingga saat ini aktif terlibat dalam pengembangan dan implementasi Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), suatu gerakan untuk meningkatkan mutu dan karakter sumber daya manusia Indonesia melalui pembelajaran matematika. Dan tentu saja sudah sering berbicara di banyak forum di dalam dan luar negeri.

“Dengan matematika saya bisa berkeliling dunia. Dan sebenarnya matematika itu sungguh cantik,” ucapnya.

Setelah Sutarto Hadi, selanjutnya bergantian Sumasno Hadi, Sandi Firly, dan Sainul Hermawan berbicara bagaimana proses penjurian lomba resensi buku “Membingkai Bayang-Bayang” yang kemudian karya peserta lomba akhirnya juga dibukukan degan judul “Sketsa Pencapaian Keilmuan dan Kepedulian Sutarto Hadi”, yang hari itu juga dibagikan kepada para peserta.

“Buku kumpulan resensi tentang buku Pak Rektor Sutarto Hadi ini menjadi menarik, karena di sana kita bisa melihat bagaimana ringkasan tentang sosok Pak Rektor. Dan juga bisa menjadi semacam pertanggungjawaban dewan juri, karena di buku ini juga berisi catatan dewan juri tentang proses penjurian,” ucap Sumasno, yang juga dosen di Sendratasik ini.

Sementara Sandi Firly menjelaskan bagaimana tentang penulisan resensi. “Ketika kita melihat makanan, bagaimana tampilannya, yang kadang difoto juga, dan kemudian merasakan makanan itu, bagaimana rasanya, juga teksturnya, sebenarnya begitu jugalah resensi buku. Tentu saja, dalam menulis resensi kita harus tahu ketentuannya, dan bagaimana menulis yang baik,” jelas penulis novel MAY ini.

Sainul Hermawan, selaku koordinator lomba, mengatakan bahwa lomba resensi itu juga salah satu upaya untuk mempromosikan buku “Membingkai Bayang-Bayang” Sutarto Hadi. “Dalam sebulan, laman info lomba ini telah diakses lebih dari 300 kali. Bila ternyata peserta lombanya tidak sebanyak yang diharapkan, kita sangka baik saja. Mungkin karena harga bukunya yang boleh cukup besar untuk kalangan mahasiswa, atau memang tingkat literasi dalam hal menulis yang memang masih rendah. Tetapi setidaknya info lomba tentang buku itu telah terbaca cukup luas,” ujar pengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP ULM ini.

Yang asyiknya lagi, pas akhir acara ditampilkan madihin oleh Ferdy Irawan, mahasiswa Sendratasik angkatan 2019. Dan, Pak Rektor Sutarto Hadi duduk tepat di sampingnya mendampingi.

Sudah tentu Ferdy merasa penampilannya kali itu sangat istimewa. Dalam madihinnya, ia menyebutkan bahwa sudah sering tampil, dan baru saat ini disaksikan Pak Rektor secara langsung dengan duduk bersamanya.

Usai madihin yang kocak dan menghibur, Pak Rektor langsung merogoh saku kemeja putihnya. “Langsung mendapat honor dari Rektor,” ucapnya sambil tersenyum, dan memberikan amplop putih—entah itu sebelumnya honor yang diperoleh Pak Rektor dari mana.

Ferdy sempat-sempatnya bercanda, “Ah, nggak usah, Pak.. Nggak usah…” Namun tangannya tetap juga mengambil amplop putih itu. Para teman-teman mahasiswanya, dan segenap yang hadir pun tertawa.@