PADA Februari tahun lalu, dua pejabat dijebloskan ke penjara gara-gara dituduh ‘mengkasari’ Presiden Burundi dalam sebuah pertandingan sepak bola, di Afrika Timur. Diceritakan kesebelasan Haleluya FC bertanding melawan tim dari Kota Kiremba, yang berada di bagian utara Burundi. Haleluya FC diperkuat Presiden Pierre Nkurunziza, seorang penggemar sepak bola, yang doyan menghabiskan waktu dengan’blusukan’ ke berbagai daerah di negaranya.

Bepergian bersama Haleluya FC, sang presiden tak pernah luput membawa sepatu bola. Biasanya apabila Nkurunziza bermain sepak bola, pihak lawan mengerti sekali bahwa yang dihadapi mereka adalah seorang presiden. Tersebab itu gaes, mereka tidak bermain ngotot alias tak jarang membiarkan Nkurunziza mencetak gol.

Sayangnya, pertandingan melawan Kiremba tidak demikian. Tim Kiremba yang kebanyakan beranggotakan pengungsi dari Kongo tampaknya tidak mengetetahui yang bermain sebagai lawan mereka adalah Presiden Buruni, mereka menyerang setiap kali sang Presiden menguasai bola dan membuatnya terjatuh beberapa kali. Alhasil, pemimpin daerah Kiremba, Cyriaque Nkezabahizi, dan asistennya, Michel Mutama, dipenjara pada Kamis (01/03/17).

Etapi itu di Afrika gaes. Nah, di Kalimantan Selatan, daerah yang kami cintai dan tinggali ini, persisnya di Lapangan Murjani Kota Banjarbaru para pejabat daerahnya saling membaur bermain sepakbola. Pertandingan sore Jumat (14/9) bertajuk Trophy Paman Birin II 2018 itu tidak memenjarakan para lawannya, malah diberikan umroh untuk peraih topscore.

Itu untuk tim kelurahan-kelurahan saja. Pada pembukaannya, pertandingan ini mempertemukan para senior, U-40. Menontonya seperti memberikan kesempatan kepada masyarakat menertawakan para pejabat. Atau bawahan menertawakan pimpinannya. Maksud saya tertawa karena terhibur, ya gaes, bukan menghina. Ini perlu digaris bawahi, pergulatan politik di Nasional memang sedang tidak sehat, tapi menyaksikan pertarungan para pejabat kita di Kalsel dalam bidang olahraga terkhusus sepakbola ternyata menjadi hiburan yang menyehatkan. Lebih sehat dari menonton lawak.

Mari kita kesampingkan dulu soal skill dan aturan-aturan baku dalam persepakbolaan, tapi pada kenyataannya kemampuan para pejabat kita ini ini boleh diadu juga. Pejabat melawan pejabat, meski ada satu atau dua orang yang bukan dari bagian pejabat, itu tidak dipersoalkan. Bahkan tidak sekali dua Gubernur dan Walikota “Dikasari” didorong-dorong. Paman, nyantai aja tuh!

Tentu saja pertandingan tersebut menjadi tontonan yang tidak biasa. Betapa tidak, Walikota kami di Banjarbaru. Nadjmi Adhani (bernomor punggung 1) dengan tubuh gempalnya geal-geol menangkap bola di ujung gawang. Sampe guling-guling ke tanah juga. Gak gampang lho, menggulingkan seorang pemimpin daerah kecuali dia rela. Ya, jadi penjaga gawang misalnya.

Ditambah lagi, Gubernur kami di Kalsel ini emang punya gaya, ya. Dah dari dulu sih, Paman Birin (bernomor punggung 8), dengan segala kegagahannya menjadi penyerang dari Gubernur FC menjadi lawan yang tidak bisa dianggap remeh, salah-salah oper bola bisa diturunkan dari jabatan. Hiks.

Saya tidak akan membahas pertandingannya secara detail. Karena lucu dan dan sangat menghibur. Sudah, begitu saja. Ini tidak hanya menjadi pembuka yang menarik melainkan menjadi reuni mereka-mereka di APDN dulu, dan juga kawan-kawan seangkatan yang kini jabatan mereka bergonta-ganti, timpa-menimpa, tapi tetap dipertemukan tidak dalam seminar diskusi dan meja khas ballroom hotel, melainkan lapangan hijau. Ya sekali-sekali.