KALIMANTAN memiliki hasil kerajinan tradisi bernilai tinggi. Salah satunya kerajinan anyaman rotan. Produk-produk kerajinan anyaman ini cukup banyak tersebar di beberapa toko souvenir, dan mampu menarik perhatian wisatawan tidak hanya lokal nasional, tetapi juga hingga mancanegara.

Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin yang memiliki perhatian terhadap ekonomi kemasyarakatan, membuat satu wadah bersama bagi para perajin ini yang diberi nama Borneo Braid.

Borneo Braid yang digagas LK3 bersama GKE pada Desember 2019 ini telah menjadi branding produk untuk kerajinan khas Kalimantan. Tidak hanya berupa kerajinan anyaman rotan, namun juga kerajinan purun serta kain sasirangan khas Kalimantan Selatan yang telah dikombinasikan sehingga menghasilkan produk berkualitas dengan nilai estetika yang menarik.

Borneo Braid memiliki filosofi Jalujur Banua Bawarna. Menurut Rakhmalina, aktivis LK3 yang menjadi penggagasnya menjelaskan, “jalujur” dalam bahasa Indonesia mempunyai arti menjahit, menyambung, dengan teknik terntentu sehingga menghasilkan suatu karya.

“Filosofi  jalujur adalah hubungan. Menjalujur berarti menyatukan dua atau lebih bahan yang sama maupun berbeda menjadi satu karya yang indah. Dalam jahitan, material saling bersatu untuk saling menguatkan, yang menghasilkan tujuan yang sama, sebuah karya yang bermakna,” ucapnya kepada asyikasyik di kediamannya Rumah Alam, Sungai Andai, Banjarmasin, Kamis (27/5/2021).

Sementara kata “banua”, lanjutnya, sering diartikan sebagai “negeri”. Yakni menggambarkan wilayah yang luas yang melingkupi kehidupan seluruh masyarakatnya, khususnya wilayah Kalimantan.

“Sedangkan ‘bawarna’ dalam bahasa Indonesia berarti mempunyai bermacam-macam warna. Ini menunjukkan produk yang dihasilkan Borneo Braid memiliki keberagaman dengan warna yang menarik,” jelas Rakhmalina.

Produk kerajinan Borneo Braid yang diciptakan oleh para anggota komunitas yang dibentuk oleh LK3 ini cukup beragam. Mulai dari alas nampan, tas, dompet, topi, baju hingga sandal, serta produk kerajinan lainnya.

Menurut Rakhmalina, keberhasilan berdirinya Borneo Braid tidak terlepas dari bimbingan Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Republik Indonesia (Apikri). Selain juga bantuan M21 dari Swiss yang merupakan mitra LK3 yang memiliki pengalaman mengembangkan pasar lokal di dunia internasional. “Produk Borneo Braid sudah ada yang diekspor ke Eropa. Bahkan pernah mengikuti atau dipamerkan di Pasar Tradisional Jerman yang berlangsung setahun sekali,” ucapnya.

Slogan yang diusung Borneo Braid; care, conect, create, yakni simbol untuk mewujudkan cita cita sebuah tujuan. “Care” berarti peduli terhadap kelangsungan tradisi dan budaya masyarakat dampingan, terutama perajin kraft. “Conect”; selalu menjaga hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat dan pembeli dengan cara cepat merespond komunikasi dan menjaga kualitas dan kapasitas produk. “Create”, selalu menciptakan produk yang berkualitas, ramah lingkungan, dan mengikuti perkembangan trand pasar.

Tujuan utama Borneo Braid sendiri adalah menyediakan wadah usaha berbadan hukum untuk pemasaran  produk  anggota yang berkualitas dengan desain yang sesuai selera pasar sehingga produk yang dibuat banyak diminati oleh pembeli lokal maupun internasional.

“Harapannya, keberadaan Borneo Braid mampu meningkatnya permintaan produk yang dibuat oleh anggota komunitas atau masyarakat sehingga mampu lebih mensejahterakan perajin serta menjaga kelangsungan budaya dan tradisi masyarakat di Kalimantan,” tandas Rakhmalina.@

Foto-foto: IG borneo_braid

 

Facebook Comments