“Jika ke Kalimantan Selatan, jangan lupa mampir ke Martapura.”

Kalimat itu seringkali disampaikan kepada mereka yang berkunjung ke Kalimantan Selatan. Mengapa harus mampir ke Martapura? Tidak lain, karena Martapura sudah dikenal sebagai sentral perdagangan batu permata, tepatnya di Pasar Cahaya Bumi Selamat (CBS) yang berada di tengah-tengah kota santri itu.

Nama Martapura, ibukota Kabupaten Banjar, berjarak 40 km dari Banjarmasin, dan dari Bandara Syamsudin Noor hanya ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit, sejak lama telah dikenal sebagai pusat penjualan batu permata. Lebih-lebih ketika pada 26 Agustus 1965 sekelompok pendulang intan diketuai H. Madsalam menemukan sebiji intan seukuran telur burung merpati di Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka yang kala itu masih masuk wilayah Kabupaten Banjar–sekarang  wilayah Kota Banjarbaru. Intan yang ditaksir senilai Rp10 triliun itu dinamakan Intan Trisakti oleh pesiden pertama RI Ir. soekarno.

Hingga sekarang, Martapura terus bersinar sebagai pusat perdagangan batu permata di di Indonesia. Penjualan batu permata di Martapura ini juga telah menembus pasar global.

Pemerintah Kabupaten Banjar melalui Lembaga Pengembangan Sertifikasi Batu Mulia juga mengeluarkan kebijakan yang dapat mempermudah serta memperluas perdagangan batu permata dari tanah berslogan “Bersih, indah, Tertib, Aman dan Nyaman” (Berintan ) ini.

Muhammad Faizal Rahman, Kepala UPT Sertifikasi Batu Mulia (SBM) Dinas Koperasi Usaha Mikro Perdagangan dan Perindustrian (DKUMPP) Kabupaten Banjar menerangkan, keseriusan pemda Banjar dalam mendukung perdagangan batu permata ini diwujudkan dengan didirikannya UPT SBM pada tahun 2006.

“UPT SBM ini satu-satunya yang dibangun dan terdapat di Indonesia. Kala itu, Kementerian Perindustrian menghibahkan alat laboratorium, dan menyekolahkan sejumlah SDM dari Kabupaten Banjar ke luar negeri, di antaranya Thailand,”terangnya, Jumat (23/6/2023).

Dampak dari didirikannya UPT SBM ini, menjadi sebuah perlindungan bagi konsumen sehingga mereka percaya dengan intan atau permata yang diperdagangkan di Martapura, Kabupaten Banjar. “Sebab, sertifikasi atas intan atau permata itu dikeluarkan langsung oleh lembaga pemerintah Kabupaten Banjar,” jelas Faizal, yang pernah menempuh pendidikan di Gemological Institute of America (GIA) di Thailand ini.

Dengan adanya tenaga ahli sertifikasi batu mulia yang berstandar internasional, Martapura sebagai pusat perdagangan permata menjadi semakin dipercaya. Saat ini, secara internasional, negara-negara yang banyak melirik intan di Martapura ini berasal dari Rusia, Belgia, Belanda, Kanada, China, Australia, dan Korea.

“Mereka tertarik dengan intan Martapura karena dianggap langka. Intan yang dihasilkan di tempat kita ini jenis fancy diamond, atau intan yang memiliki beragam warna seperti pelangi yang tidak terdapat di jenis intan negara lain yang umumnya berwarna putih,”papar Faizal.

Fancy Diamond Gallery

Kabupaten Banjar juga mendukung para pekerja batu mulia dengan membangun tempat workshop. Di sana para pekerja diberikan pelatihan penggosokan intan serta peleburan untuk pembuatan cincin. “Jadi, masyarakat bisa belajar dengan peralatan yang telah disediakan, sehingga mereka bisa memproduksi lebih banyak lagi,”jelasnya.

Batu permata diolah menjadi berbagai bentuk seperti mata kalung, gelang, liontin, cincin, bros, anting, dan lainnya. Pengolahan batu-batu permata ini dilakukan oleh para pengrajin permata di Martapura sendiri, yang bisa didapatkan di Pasar Cahaya Bumi Selamat.

Faizal menyebut, dikenalnya Martapura sebagai pasar perdagangan batu mulia atau permata, maka secara tidak langsung juga mengenalkan Indonesia di pasar internasional. “Sudah diketahui secara internasional, bahwa salah satu jenis intan terbaik itu terdapat di Indonesia yakni di Martapura, Kabupaten Banjar,” ungkapnya. Dengan demikian, pengusaha batu mulai dari mancanegara akan melirik Indonesia sebagai negara tujuan bisnisnya.

Ia juga mengingatkan penemuan intan terbesar pada tahun 1965 di Cempaka, Kabupaten Banjar, yang diberi nama Intan Trisakti oleh Presiden Soekarno. “Itu adalah sumbangan terbesar terhadap negara ini. Karena intan itu diminta pemerintah Indonesia untuk mendukung keuangan negara dan pembangunan nasional yang saat itu mengalami paceklik,” jelas Faizal.

Hingga saat ini, tak disangsikan, Martapura, Kabupaten Banjar, telah masyhur namanya sebagai salah satu pusat perdagangan batu permata dunia, dari Rusia, Belanda, hingga China. Tertutama jenis fancy diamond yang langka.@

 

Facebook Comments