DINAS Perpustakaan dan Kearsipan (Dispersip) Provinsi Kalimantan Selatan menggelar Meet and Greet bersama Gusti Gina, penulis buku “Mencari Saranjana” dalam rangka Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan di Aula Dispersip, pada Kamis (14/9/2023) siang.
“Dalam rangka memperingati Hari Kunjung Perpustakaan, tepat pada tanggal 14 September ini menghadirkan Gusti Gina, penulis yang sedang viral. Dia menuliskan perjalanan tentang cerita horor Saranjana,” ucap Kepala Dispersip Kalsel Dra Hj Nurliani Dardie kepada Asyikasyik.com.
Dengan menghadirkan sosok Gusti Gina, Nurliani menyampaikan agar gemar dalam minat baca semakin meningkat sebab seseorang yang banyak dikenal publik dapat menginfluence masyarakat Kalimantan Selatan.
Nurliani menyebut bukunya pun bakal hadir di Dispersip Kalsel untuk dibaca oleh masyarakat umum. Dalam proses cetak yang kedua, dia hanya dapat menghadirkan penulisnya terlebih dahulu sebelum diperjualbelikan di toko Gramedia.
Gusti Gina Madinatul Munawarni, seorang perempuan kelahiran asal Pantai Hambawang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan itu mengaku dirinya ingin berbagi cerita perjalanan mistisnya ke peserta yang hadir pada pagi ini.
“Awal mula bersama penerbit, saya berencana tak menulis tentang Saranjana. Tetapi sebuah karangan novel berlatar kampung halamanku di Barabai,” cerita Gina.
Gina terpikir, tiba-tiba ingin mengangkat kisah urban legend Kalimantan Selatan yang berlatarkan horor di daerahnya sendiri. Selama ini tak ada yang menuliskannya ke buku, sehingga ia menilai dalam kisah Saranjana sangat layak untuk dijadikan topik dalam buku perdananya.
“Cerita Saranjana sangat dikenal oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Dengan mengangkat isu urban legend ini, maka diharapkan lewat buku dan film akan dikenal atau viral, sehingga banyak diketahui masyarakat luas di Indonesia sekaligus memperkenalkan daerah kita,” ucap Gina, perempuan kelahiran 28 April 1995 ini.
Gina melakukan observasi selama 2 minggu di lapangan
Dia pun mendatangi perpustakaan daerah demi mencari bahan referensi tentang Saranjana, kemudian wawancara dengan Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat, Mansyur.
“Setelah mendapatkan banyak informasi, saya langsung ke lokasi yang dianggap masyarakat sekitar itu sebuah Kota Saranjana,” ujarnya.