DINAS Perpustakaan Hulu Sungai Tengah boleh dibilang mencatatkan sejarah melalui kegiatan literasi yang diramu dalam acara workshop Menulis Cerpen, pada Senin, 22 Agustus 2022. Soalnya, telah sekian belas atau bahkan lebih dari dua puluh tahun dinas yang bersentuhan langsung dengan dunia literasi ini tak pernah mengagendakan workshop kepenulisan.
Nah, di pengujung tahun 2022 ini Dinas Perpustakaan di bawah kepemimpinan Akhmad Fathoni mulai menggebrak dengan beberapa giat literasinya. Selain workshop penulisan, juga sudah aktif mengadakan kegiatan mendongeng secara bergilir di kecamatan-kecamatan.
Workshop ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya menidaklanjuti visi dan misi Bupati yang telah tertuang dalam RPJMD 2021-2026. Agenda workshop penulisan cerpen mengangkat tema “Memetakan Budaya dan Sejarah Melalui Kisah”, dengan tujuan menggali dan mengangkat kisah-kisah yang berhubungan dengan sejarah Kabupaten HST serta kebudayaannya.
Workshop menghadirkan dua narasumber yang keduanya pernah menerima undangan mengikuti ajang festival internasional Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), yakni Sandi Firly dari Banjarbaru dan Pratiwi Juliani yang jauh-jauh didatangkan dari Jakarta. Tentu keduanya juga dikenal sebagai penulis cerpen dan novel.
Sebanyak 50 peserta yang terdiri dari beragam kalangan, termasuk para guru Bahasa Indonesia, mengikuti kegiatan dengan antusias. Workshop dikemas sederhana, dengan dipandu Fuad atau yang nama penanya dikenal sebagai Kayla Untara yang juga adalah seorang penulis cerpen bermukim di Barabai.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Perpustakaan Hulu Sungai Tengah Akhmad Fathoni berharap, dari kegiatan ini akan lahir karya-karya dari para penulis HST.
“Ibarat telur, semoga nanti menetas dan lahir karya-karya dari para penulis daerah kita terutama para peserta yang mengikuti kegiatan hari ini,” ucapnya optimis.
Untuk materi yang disampaikan, Sandi Firly banyak memberikan paparan teknis bagaimana menulis sebuah cerpen yang baik. Dari bagaimana mendapatkan ide, pembuatan judul, paragraf pertama, konflik cerita, hingga ending. “Intinya, menulis itu adalah proses berpikir. Dan tidak ada cara menjadi penulis selain menulis,” cetus Sandi.
Pratiwi Juliani yang kini juga banyak berkecimpung dalam dunia sineas di Jakarta, lebih memaparkan bagaimana mengangkat sejarah ke dalam sebuah karangan. “Ada banyak sebenarnya cerpen atau novel yang bertema sejarah. Dan semuanya itu, yang terpenting adalah bagaimana kita melakukan riset terhadap sejarah itu,” ucapnya, di antaranya sebagian paparannya.