PENGANTAR
Mulai hari ini, secara rutin dua kali dalam satu minggu, asyikasyik.com akan menampilkan artikel yang memuat profil para guru besar (profesor) Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Hal ini adalah bentuk kerjasama antara asikasyik.com dengan tim penyusun buku Profil Guru Besar ULM. Tim ini terdiri dari empat akademisi ULM dan satu orang jurnalis, yaitu Sumasno Hadi, Sainul Hermawan, Dewi Alfianti, Reja Fahlevi, dan Sandi Firly.
Perlu diketahui, artikel berisi profil guru besar ULM ini berasal dari kerja tim tersebut. Sebelum kerja tim ini dirilis dan dipublikasikan melalui buku cetak, setiap material judul artikel terlebih dahulu dipublikasikan secara rutin di Majalah Berita ULM (cetak), kemudian dimuat di media ini (asyikasyik.com). Dengan cara ini, tim penyusun berharap akan menjadi jalan perluasan informasi ke khalayak luas. Khususnya perihal sosok atau profil guru besar ULM.
Profil pertama yang ditayangkan adalah Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, M.S (yang bisa dibaca di bawah kata pengantar ini).
Hormat kami,
Tim Penyusun
—oOo—
Siapa yang tak kenal dengan sosok sederhana yang bersahaja dari seorang Guru Besar Universitas Lambung Mangkurat ini. Ialah Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, M.S. Ia lahir di Banjarmasin pada tanggal 1 September 1952. Dibesarkan dari kalangan keluarga yang sederhana, jauh dari kehidupan mewah. Latar itulah yang menjadi penempa, sehingga kelak menjadi sosok tangguh dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Gusti Muhammad Hatta adalah anak ke-enam dari tujuh bersaudara. Dalam kesehariannya, ia selalu membawa satu prinsip yang bersumber dari pesan ibunya: di mana pun berada, kita harus bisa membawa manfaat bagi orang-orang di sekeliling kita. Pesan inilah yang tertancap di dalam sanubarinya, hingga kemudian terbawa di dalam perangai hidupnya sehari-hari.
Pesan sang ibu itulah yang telah membentuknya menjadi pribadi yang terus memberikan kesejukan dan manfaat bagi orang di sekitarnya. Gusti Muhammad Hatta memang dikenal ramah dan sejuk. Baik di lingkungan keluarga, kolega kerja, maupun di lingkungan sosial tempat tinggalnya.
Tidak banyak orang tahu mengenai jejak rekam pendidikan formal dari penggemar kuliner soto Banjar ini. Ia merupakan alumni Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Di sanalah ia memperoleh gelar sarjana pada tahun 1979. Setelahnya, kemudian ia melanjutkan jenjang studinya untuk memperoleh gelar magister (S-2) pada Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan mengambil konsentrasi ilmu yang sama. Kemudian ia melanjutkan studi doktoral pada Universitas Wageningen, Belanda. Dan lulus program doktor pada tahun 1999.
Tahun 2003, ia ditunjuk Rektor untuk menjadi Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat. Pada tahun 2008, Gusti Muhammad Hatta pun dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat.
Lebih jauh, pendidikan formalnya sejak tingkat dasar SR (Sekolah Rakyat), tingkat menengah sampai jenjang perguruan tinggi, dilalui dengan penuh tantangan. Ekonomi keluarganya yang pas-pasan, menyebabkan ia harus berjuang membantu ekonomi orangtua.
Ia pernah berjualan kecil-kecilan, bahkan pernah menjadi penjaga parkir, hingga buruh pabrik.
Pengalamn hidupnya inilah yang selalu ia ceritakan kepada anak-anak serta mahasiswanya di kelas, sebagai bentuk motivasi dalam mencapai cita-cita yang diinginkan.
Siapa sangka, di kemudian hari di tahun 2009, seorang anak yang sederhana dan selalu bekerja keras ini menjadi Menteri Negara Republik Indonesia. Yakni diangkat sebagai Menteri Lingkungan Hidup pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2009-2011. Bahkan, ketika Presiden SBY melakukan reshuffle kabinet pada tahun 2011, namanya tetap berada di jajaran kabinet. Uniknya, poisisi ia sebelumnya sebagai Meteri Lingkungan Hidup, kemudian menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), sampai tahun 2014. Di akhir jabatannya sebagai menteri, ia pun mendapat penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Maha Putera dari Presiden SBY di Istana Negara, Jakarta.
Bersama Presiden SBY kala itu, ada momen yang menarik pada suatu pertemuan resmi. Ketika ia mempresentasikan Program Upaya Penanggulangan Gas Rumah Kaca di Indonesia di hadapan Presiden SBY, tiba-tiba Presiden melakukan interupsi. Isi interupsi Presiden: “Saya baru tahu bahwa, yang menentukan persoalan lingkungan hidup di Indonesia ada dua, pertama Gusti Allah, dan kedua Gusti Muhammad Hatta.” Seketika yang hadir tertawa.
Pada masa menjabat sebagai Menteri Negara, tercatat dua buku yang telah ditulisnya. Yaitu Dari Sungai Baru Menuju Cikeas, dan buku Membumikan Iptek Mendirikan Bangsa. Dalam isi buku pertamanya, tergambar jelas betapa ia di waktu kecil, tumbuh dan berkembang di kalangan keluarga sederhana yang agamis, di Kampung Ketupat Kelurahan Sungai Baru, Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin.
Akhirnya, dari sosok Guru Besar ULM inspiratif ini dapat kita petik beberapa nilai konstruktif. Gusti Muhammad Hatta adalah bukti bahwa orang daerah, Urang Banua, sama kualitasnya dengan orang daerah lain. Bahwa akademisi Universitas Lambung Mangkurat pun tidak kalah bersaing dengan akademisi universitas ternama lainnya. (Tim/ artikel ini pernah dipublikasikan pada majalah Berita ULM No. 34, Edisi Juli-Agustus 2020)