ASYIK dan seru. Itukah kata yang tepat untuk menggambarkan kegiatan Bimtek Peningkatan Kompetensi Berbahasa Indonesia bagi Insan Media yang digelar Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan di Hotel Novotel, Kamis (14/12/2023).
Diikuti 30 peserta wartawan dari Banjarmasin dan Banjarbaru yang tergabung dalam PWi, AJI, serta media kampus, kegiatan yang berlangsung dari pukul 08.30 hingga 17.00 ini diisi dua pemateri, Muhammad Luthfi Baihaqi (Widya Ahli Madya Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan) dan Uu Suhardi dari TEMPO Institute.
Luthfi Baihaqi yang memberikan materi tentang Ejaan dan Pilihan Kata, selain juga sosialisasi EYD V, mengatakan bahwa masih kerap ditemukan penulisan yang tidak benar pada media massa.
“Ada dua jenis bentuknya, yakni ‘kekeliruan’ dan ‘kesalahan’. Ini dua hal berbeda,” sebutnya.
Selanjutnya ia memberikan contoh bentuk penulisan yang disebut dengan “kekeliruan”. Di slide diperlihatkan sebuah judul berita: Bupati Imbau “Aghnia” Salurkan Zakar via Baitul Mal”.
“Sebenarnya wartawan atau media itu pasti mau menulis ‘Zakat’, namun terjadi kekeliruan dalam penulisan,” katanya.
Sedangkan “kesalahan” dalam penulisan, ia memberikan contoh penulisan “sekedar”. Padahal yang benar “sekadar”.
“Disebut kesalahan, karena si penulis tidak tahu bahwa yang dia tulis itu salah secara EYD,” ujar Luthfi.
Sepanjang acara para peserta serius dan aktif. Terlebih ketika Uu Suhardi dalam materinya berjudul Kalimat Efektif dalam Bahasa Jurnalistik juga memberikan tes kemampuan peserta dalam EYD dan editing berita.
Dalam tes pertama, peserta diberikan soal 20 kata dan peserta memilih kata mana yang benar dari dua kata yang disandingkan. Misalnya kata: Akta atau Akte, Hutang atau Utang, dan seterusnya.
Sedang pada tes kedua, peserta dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing diberikan kertas berisi berita, dan tugasnya adalah mengedit atau mengoreksi kesalahan apa saja yang terdapat dalam tulisan itu.
Setiap kelompok yang mampu menemukan kesalahan dalam tulisan itu mendapatkan poin. Di sinilah serunya. Pada mulanya tiap kelompok diberikan kesempatan untuk menyebut kesalahan yang mereka temukan. Ketika diberikan tambahan kebebasan untuk mengoreksi, tiap kelompok saling berebut. Ada yang benar, ada juga yang tidak tepat.
Ruangan pun menjadi riuh karena saling adu cepat untuk memberikan koreksinya.
Alhasil, akhirnya kelompok tiga keluar sebagai pemenang dengan poin tertinggi. Kelompok ini terdiri di antaranya Musa, Praja, Mansup, dan Dwitya. Masing-masing diberi hadiah buku Celetuk Bahasa karya Uu Suhardi.