Cantik. Smart. Murah senyum, serta berpengalaman di berbagai bidang. Saat berbicara di depan publik, Hj Ananda seperti punya magic yang membuat kita seperti tidak bisa menolak untuk sayang. Ya gimana ya, yang namanya juga #IbuHebat. Tersebab kami berjarak sekitar 5 tahun saja, izinkan saya memanggilnya Kak Ananda sedikit saja.

Kami bertemu dalam satu moment beberapa bulan lalu di suatu coffe shop. Jadwal yang padat membuat Nanda harus serba cepat dalam memutuskan sesuatu, termasuk interview dan mengisi beberapa forum sebagai narasumber diselingi kesibukannya sebagai Ketua DRPD Kota Banjarmasin ketika itu.

Seraya memantau sampai mana publikasi gencar-gencaran oleh portal berita, hingga saya kira inilah momentnya. Persisnya pertengahan bulan kemarin, Oktober 2019, Nanda kembali dilantik, menjadi Wakil Ketua DPRD Kota Banjarmasin, dan lagi, sembari mendaftarkan diri menjadi bakal calon walikota/wakil walikota Banjarmasin periode berikutnya.

Seperti biasa, saat memulai obrolan kepada narasumber, saya menanyakan buku apa terakhir yang dia baca?

“AlQuran!”

Deg! ya memang kitab suci tentu saja juga sebuah buku, kan. Dan jawaban Nanda begitu menenangkan. Seperti mau kritis tapi udah diskak. Ketika saya berharap ada judul-judul buku yang bertengger dalam list jawaban, ternyata nothing.

“Saya memang tidak terlalu banyak membaca buku, bukan tidak suka. Tapi waktunya santainya hampir tidak ada. Jika saya boleh memilih antara membaca/mononton atau tidur ketika ada waktu senggang sedikit saja, saya akan memilih tidur,” ungkap Kak Ananda.

Membayangkan betapa padat dan singsetnya jadwal Ananda yang kini menjabat sebagai wakil ketua DPRD ditambah Balon Wakil Walikota Banjarmasin nanti, ngeri-ngeri sedap, Cuy! But, ia pernah memberikan pencerahan kepada para pemuda.

“Pemuda jangan takut atau apatis dalam berpolitik. Caburi dulu, ketahui lebih dalam, kena merasa tu, betapa pentingnya kita yang muda ini punya suara yang bisa mewakili pendapat orang banyak disertakan dengan kemampuan yang kita miliki,” ungkapnya.

Bayangkan saja, bangun sepagi mungkin untuk berurusan dengan banyak orang hingga dini hari menjelang. Dalam keseharian berkarier di lingkaran dewan, Nanda bergelar dokter lulusan Universitas Lambung Mangkurat ini tak sekadar mengurus urusan banggar di atas meja paripurna, melainkan pula mengcover keluhan pasukan emak-emak dan warga lainnya tentang kondisi jalan atau fasum yang bisa saja tak layak pakai. Ditambah lagi urusan berapa persen anggaran yang disetujui untuk perbaikan, pengendalian, dan pembangunan blablabla lainnya. Melihat instastorynya, keseharian Nanda seperti tak pernah sepi dari urusan-urusan.

“Tidur menjadi kesempatan yang sangat berharga. Kadang, kalau saya sedang dalam mobil, jika sempat tidur 10 menit saja, itu sudah cukup. Untuk saya terus fokus dalam melaksanakan beberapa pertemuan dan kegiatan berikutnya,” ungkap Nanda yang juga sering menjadi narasumber di sejumlah seminar.

Dalam lingkaran kaum milenial yang lebih akrab dengan medsos, Nanda termasuk selebgram saya kira. Follower instagram belasan ribu, dan membranding dirinya sebagai tokoh politik yang begitu ramah. Bukan gak pernah marah, sih, pun kalau marah yang dimarahin bisa tetap merasa nyaman. Susah lo menjadi pribadi yang begitu. Nanda, seperti memperingati setiap hari dengan hepi. Menularkan kebahagiaan.

Meski menjadi sebagai tokoh politik, Nanda tidak menutup diri bagi lingkungan yang memanfaatkan kemampuannya dalam pandai berbicara, maksudnya, public speak. Sering pula menjadi MC di beberapa acara kampus semisal bertemakan tenang kesehatan atau kepemudaan. Secara, ia pernah menjadi anggota dewan termuda ketika itu.

“Yang penting keberadaan ini, kemampuan kita, bisa bermanfaat bagi orang lain. Kalau ikut lomba, menjadi juara, hanya untuk menumpuk piala saja sudut lemari, apa perbedaan lebihnya dari orang yang menukar piala di pasar, misalnya,” ungkap Nanda dalam satu forum.

Jika boleh menarik garis waktu, Nanda telah melewati tangga-tangga kompetisi, profesi, dan prestasi. Jadi artis, presenter, penyiar radio? Sudah dong. Jadi wartawan? pernah dong. Cek-cek di tante wiki, Nanda memulai prestasi sebagai anggota paskibra Nasional di tahun 1999 menyerahkan sang bendera Merah Putih langsung kepada presiden RI yang ketika itu dijabat oleh BJ Habibie (alm), Juara Galuh Banjar, Finalis Model Aneka, Partisipan program pertukaran pemuda Indonesia 2002-2003 di British Columbia, Kanada.

Juara Putri Citra Indonesia, MTV VJ Hunt MTV Viewers Choice Winner, Juara Simpatizone Ambassador, Puteri Indonesia 2006, Runner-up 1 (Puteri Indonesia Lingkungan), Puteri Indonesia Persahabatan, Puteri Kepulauan Kalimantan, Juara Duta Kerudung Indonesia. Masih ada lagi? Ada dong. Nanda membintangi film indie berjudul Oren Jus, menjadi bintang iklan beberapa produk kecantikan dan shampoo, belum lagi corporate lokal dari Bank Kalsel, dan sebagainya. Kalau menulis urutannya sedemikian rupa, saya betul-betul merasa seperti adminya tante wiki. Sobat asyik semua bisa searching sendiri.

Hampir setiap waktu, timeline portal berita memuat tentang Hj Ananda. Apalagi kemantapannya menuju Kursi 2, sebagai calon Wakil Walikota. Keterampilan berbicara yang oke, kemampuan bahasa inggris yang mumpuni, dan pengalaman ke luar negeri beberapa kali sebagai delegasi. Saya rasa cukup sudah. Naiisee lah. But, no body’s perfect tentu saja.

Usai pertemuan singkat itu, saya menghadiahkan sebuah tas pinggang merek Zent4 kepadanya. Alhamdulillah, Alana cantik sekali saat memakainya. Terima kasih Kak Ananda. Oh iya, beliau juga open endorse, loh. Hebat.

Ceklist prestasi demikian tentu saja menjadi kebanggaan. Tak hanya dalam ruang lingkup keluarga, tetapi juga banua yang kita sayang. Terlebih lagi, Nanda adalah anak semata wayang bagi orangtuanya, tentu tiada duanya.

Kita sebagai masyarakat mengharapkan segala kebaikan, baik saat menggunakan pilihan, dan kelak ketika para pemimpin telah memfungsikan hak dan kewajiban. Semoga dikabulkan Tuhan. Sampai berjumpa di next #IbuHebat selanjutnya, kawan.